Krisis Telur, Warga Selandia Baru Putar Otak Pilih Ternak Ayam Demi Keamanan Stok
Naik hampir 60 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara di Jepang, harga grosir telur ayam telah mencapai rekor tertinggi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WELLINGTON – Harga telur ayam yang kian menggila di pasar global hingga naik mencapai 138 persen, mendorong warga Selandia Baru untuk beralih menjadi peternak dengan membeli induk ayam untuk dipelihara sendiri.
Lonjakan harga telur mulai melanda pasar global sejak satu tahun terakhir, dilansir dari CNN International kenaikan ini terjadi imbas dari melambungnya harga energi dan pakan ternak akibat perang Rusia–Ukraina.
Kondisi itu kian diperparah dengan munculnya kasus flu burung di berbagai belahan dunia.
Baca juga: Harga Terbaru Telur Ayam Hari ini, Sabtu 14 Januari 2023: Tertinggi di Kaltara Rp 41.111 per Kg
Sejumlah tekanan ini yang kemudian membuat telur ayam mengalami krisis pasokan hingga harganya melonjak drastis di pasar Global, seperti di AS kini harga per lusin telur ayam telah dibandrol dengan harga 4,25 dolar AS atau Rp 64 ribu (satuan kurs Rp 15.063).
Naik hampir 60 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara di Jepang, harga grosir telur ayam telah mencapai rekor tertinggi.
Lonjakan harga yang diikuti dengan adanya kekurangan pasokan tak hanya menyulitkan masyarakat, namun juga pelaku usaha yang berkaitan dengan industri makanan.
Kekhawatiran tersebut lantas mendorong warga Selandia Baru untuk putar otak dengan mulai beternak ayam, demi mengamankan pasokan sambil menekan lonjakan harga telur.
Situs lelang lokal bernama Trade Me menyatakan, pencarian induk ayam di Selandia Baru melonjak 190 persen dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Tak hanya itu peningkatan ini juga diikuti oleh melonjaknya pencarian terkait perlengkapan perawatan ayam.
Baca juga: Update Harga Sembako Rabu 28 Desember, Harga Telur Naik Jadi Rp 37.000, Cabai Rawit Rp 57.500 per Kg
Sinyal tersebut menandakan bahwa sebagian besar warga Selandia Baru mulai beralih menjadi peternak rumahan. Mengingat telur ayam merupakan salah satu komponen dasar dalam produk atau makanan warga setempat.
“Sejak awal Januari kami melihat lebih dari 65.000 pencarian untuk ayam dan berbagai peralatan terkait ayam, seperti tempat makan, kandang, dan pakan, Kini semua masyarakat sekarang berusaha membeli ayam untuk dipelihara di pekarangan rumah karena mereka tidak bisa mendapatkan telur," ujar pemilik toko roti, Ron Van Til." ujar Juru Bicara Trade Me, Millie Silvester, Minggu (22/1/2023).
Meski harga ayam di jual di situs pelelangan masih tergolong mahal, namun dengan menjalankan strategi ini warga Selandia optimis kisis telur yang terjadi di negaranya dapat berangsur memulih dengan begini sektor bisnis makanan isa bangkit dari kerugian.