Menimbang Investasi di Tahun 2023, Pilih Saham Atau Obligasi?
Adapun pasar saham hanya turun 13,7%. Penurunan tajam yang terjadi tahun lalu akan membuat investor bisa membeli obligasi dengan diskon besar.
Editor: Hendra Gunawan
Manajer investasi ini lebih memilih untuk fokus pada perubahan dramatis dalam imbal hasil obligasi.
Berakhirnya uang murah berarti perusahaan teraman sekarang menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi daripada obligasi sampah pada awal tahun lalu, memungkinkan investor untuk mengambil keuntungan yang layak sambil menghindari aset berisiko.
Baca juga: The Fed Kerek Suku Bunga Sebesar 75 Basis Poin, Analis: Berikan Tekanan ke IHSG dan Pasar Obligasi
Obligasi blue-chip secara global menghasilkan 5,1%, sedangkan obligasi sampah berada di 4,85% 12 bulan lalu. Itu keuntungan bagi dana pensiun khususnya.
Selama era pelonggaran kuantitatif, ketika bank sentral membeli obligasi untuk mempertahankan suku bunga rendah dan merangsang ekonomi, rencana pensiun harus mencari hasil di tempat lain dan berinvestasi dalam segala hal.
Suku bunga yang lebih tinggi telah menghasilkan banyak program pensiun keluar dari ekuitas dan masuk ke obligasi.
“Kalau melihat 22 tahun ke belakang, kredit AS murah. Itu sebabnya arus modal masuk lagi,”kata Matthew Rees, kepala strategi obligasi global Legal & General Investment Management Ltd.
Pasific Investmen Management Co juga melihat prospek obligasi cukup kuat tahun ini. Pasalnya, kemungkinan terjadinya resesi akan membuat aset beresiko seperti saham semakin menantang.
Perkiraan di Indonesia
Pasar obligasi Indonesia menjadi pilihan investasi yang menarik untuk tahun 2023. Pasalnya, kenaikan suku bunga dan peningkatan inflasi global diprediksi akan relatif terbatas.
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan, perkiraan tersebut didasarkan pada tingkat inflasi yang sudah memperlihatkan perbaikan.
Pada November 2022, inflasi Amerika Serikat (AS) tercatat sebesar 7,1% year on year (yoy), turun dari bulan sebelumnya di 7,7% yoy.
Kondisi ini membuat kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed diperkirakan tidak akan seagresif tahun lalu.
Baca juga: Pemerintah Kanada Akan Terbitkan Obligasi Tenor 5 Tahun untuk Bantu Keuangan Ukraina
Konsensus pasar memperkirakan, The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sekitar 50 bps-75 bps pada tahun 2023, jauh di bawah kenaikan sepanjang tahun 2022 yang mencapai 425 bps.
Selain itu, kondisi makroekonomi dalam negeri yang solid juga menarik minat investor asing untuk mengalirkan dananya ke pasar obligasi Indonesia.