Menimbang Investasi di Tahun 2023, Pilih Saham Atau Obligasi?
Adapun pasar saham hanya turun 13,7%. Penurunan tajam yang terjadi tahun lalu akan membuat investor bisa membeli obligasi dengan diskon besar.
Editor: Hendra Gunawan
"Fundamental makroekonomi Indonesia salah satu yang terbaik di regional. Banyak pihak memprediksi hampir tidak terjadi resesi di Indonesia," kata Darma saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (12/1).
Kebijakan pemerintah untuk memperluas sektor bisnis yang harus menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri juga akan menjadi sentimen positif tambahan.
Menurut Darma, kebijakan tersebut akan membuat likuiditas di Indonesia semakin melimpah.
Berdasarkan data PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) terus melaju ke level tertinggi dalam 12 bulan terakhir.
Per Kamis (12/1), ICBI berada di level 348,45, naik 1,08% secara year to date dan 4,99% secara yoy.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto menyampaikan, asing mencatatkan pembelian yang signifikan di pasar obligasi pada awal tahun ini.
Baca juga: Miliki Risiko Rendah, Reksa Dana Pasar Uang dan Obligasi Banyak Diminati Masyarakat
Pada pekan ini sampai dengan Rabu (11/1), asing mencatatkan pembelian bersih sebesar US$ 775,5 juta atau sama dengan Rp 12,04 triliun.
"Sehingga secara neto selama tanggal 2-11 Januari 2023, asing telah melakukan beli bersih sebesar US$ 508,6 juta atau Rp 7,90 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.527 per USD," tutur Suhindarto.
Lebih lanjut, Darma menyampaikan, obligasi negara maupun obligasi korporasi menjadi pilihan investasi yang menarik.
Pemilihan jenis obligasinya sangat bergantung dengan horizon waktu investasi dan ekspektasi return masing-masing investor.
Obligasi korporasi menawarkan kupon yang lebih tinggi, namun ada risiko kredit seperti gagal bayar.
Sementara obligasi negara tergolong lebih aman, tetapi volatilitas harganya lebih tinggi.
"Saya memprediksi, secara rata-rata obligasi Indonesia baik obligasi negara maupun korporasi dapat memberikan return 6%-8% pada tahun ini," ucap Darma.
Arus masuk dana asing potensial berlanjut ke depannya, asalkan tingkat inflasi global relatif terjaga dan kenaikan suku bunga lebih terbatas.
Keberhasilan implementasi DHE juga akan memancing dana asing masuk ke pasar obligasi Indonesia. (Kontan/Handoyo /Dina Mirayanti Hutauruk/Nur Qolbi/Wahyu Tri Rahmawati)