Perkembangan Teknologi Digital Dorong Perubahan Persaingan Sektor Jasa Keuangan
Perkembangan teknologi digital mendorong persaingan di sektor jasa keuangan semakin ketat, terlebih saat ini telah menjamurnya fintech
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkembangan teknologi digital mendorong persaingan di sektor jasa keuangan semakin ketat, terlebih saat ini telah menjamurnya financial technology (fintech).
Kondisi ini akan membentuk ekosistem baru di sektor jasa keuangan, serta mengubah peta persaingan dan landskap industri jasa keuangan di masa depan.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto menilai, perkembangan digital yang begitu pesat, telah memunculkan pemain-pemain baru di industri seperti fintech dan juga aset-aset digital dalam bentuk aset kripto.
Baca juga: Kejar Target 30 Juta UMKM Masuk Digital, Kemenkop UKM Berikan Stimulus Hingga Buka Akses Pasar
Hal tersebut, tentu harus menjadi concern setiap pihak dan pemangku kebijakan yang ada.
"Literasi dan perlindungan konsumen menjadi hal penting untuk terus didorong dan ditingkatkan di masa mendatang," kata Agus dalam Webinar bertajuk ‘A New Competitive Landscape in the Banking and Financial Sector’, ditulis Kamis (26/1/2023).
Ia menyebut, teknologi digital yang terus tumbuh, mendorong adanya transisi dari physical contactful menjadi physical contactless.
"Perubahan tersebut telah mengubah persaingan di industri jasa keuangan," kata Agus.
Untuk mengetahui perkembangan digital di industri keuangan dalam negeri, Agus pun membuat buku berjudul “Digitalisation: Changing the World of Financial Industry”.
Dalam buku Digitalisation: Changing the World of Financial Industry, akan mengulas lebih dalam mengenai ekonomi digital khususnya di sektor keuangan. Latar belakang dari penerbitan buku ini adalah karena adanya transformasi digital di sektor keuangan yang merubah seluruh sistem industri keuangan.
“Saya telah menulis buku yang kedua mengenai dampak terhadap digitalisasi terhadap industri keuangan. Di dalam buku ini saya menulis berbagai macam artikel-artikel baru yang terkait dengan transformasi digital, munculnya pemain-pemain baru di industri fintech dan juga munculnya aset-aset digital dalam bentuk aset kripto,” ujar Agus.
Baca juga: Digitalisasi Pendidikan, Program SSLC Sasar 100 Sekolah dan Madrasah
Dalam webinar yang sama, Komisaris Independen Bank Raya Rama Notowidigdo membeberkan tantangan bagi digital banking yaitu bagaimana membangun ekosistem dalam pengembangan bisnis.
Menurutnya, untuk membangun ekosistem diperlukan koneksi dari berbagai merchant dalam melakukan pembayaran oleh digital banking tersebut.
"Saat ini juga sudah ada QRIS, yang akan mempermudah digital bank masuk dan berpartner dengan ekosistem dibandingkan membangun ekosistem sendiri,” ucap Rama.