Bursa Saham Asia Tembus ke Level Tertinggi dalam 9 Bulan Terakhir
Bursa saham Asia naik pada perdagangan hari ini setelah data produk domestik bruto AS menunjukkan tren positif.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Bursa saham Asia naik pada perdagangan hari ini, Jumat (27/1/2023), setelah data produk domestik bruto atau PDB Amerika Serikat menunjukkan tren positif.
Hal ini meningkatkan sentimen investor menjelang pertemuan kebijakan bank sentral AS pada minggu depan.
Dikutip dari Reuters, indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik sebanyak 0,55 persen, mencapai level tertinggi hampir sembilan bulan di 562,10. Sedangkan indeks Nikkei Jepang naik 0,05 persen.
Sentimen ini tampaknya akan berlanjut di Eropa, dengan Eurostoxx 50 futures naik 0,3 persen, DAX Jerman futures naik 0,28 persen dan FTSE futures naik 0,16 persen.
Perekonomian AS pada kuartal keempat 2022 tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan, karena belanja barang konsumen naik, menurut data yang diterbitkan Departemen Perdagangan AS pada Kamis (26/1/2023).
Namun, itu bisa menjadi kuartal terakhir pertumbuhan PDB yang solid sebelum efek lambat dari kenaikan suku bunga bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) benar-benar terasa.
Laporan terpisah menunjukkan pasar tenaga kerja AS tetap ketat dan dapat menyebabkan The Fed mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama.
Kepala Alokasi Aset Global di Perusahaan manajemen aset Janus Henderson Investors, Ashwin Alankar, mengatakan laporan PDB AS menunjukkan aktivitas ekonomi yang kuat dan jika resesi terwujud "itu akan menjadi lebih dangkal".
Baca juga: IHSG Selama 2022 Kurang Greget Hanya Naik 4,09 Persen, Menkeu: Pasar Modal Dapat Ujian Berat
"Keseluruhan data PDB adalah 'kisah dua kota' - pertumbuhan keseluruhan yang baik berasal dari pendorong yang kurang ideal dan pengurangan harga tetapi pada tingkat yang mengkhawatirkan," ujarnya.
Serangkaian data mengenai ekonomi AS yang dirilis Kamis telah meningkatkan harapan investor akan soft landing, sebuah skenario di mana inflasi mereda dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat namun tetap tangguh.
Data pengeluaran konsumsi pribadi AS (PCE) yang akan dirilis hari ini pada pukul 13:30 GMT, akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai inflasi di Negeri Paman Sam.
Baca juga: Tren PHK di AS Bisa Dorong Penguatan Indeks Saham di Bursa Asia
Minggu depan, Bank of England dan Bank Sentral Eropa dijadwalkan mengadakan pertemuan, yang akan menunjukkan jalur kebijakan moneter yang diambil oleh kedua bank sentral tersebut.
Di tempat lain di Jepang, harga konsumen inti di Tokyo naik 4,3 persen pada bulan ini, menandai kenaikan tahunan tercepat dalam hampir 42 tahun terakhir.
Yen Jepang menguat 0,1 persen menjadi 134,04 per dolar AS karena data PDB AS memperkuat ekspektasi pasar bahwa percepatan inflasi dapat mendorong Bank of Japan untuk menjauh dari kebijakan ultra-longgarnya.
Baca juga: Bursa Asia Menguat, Saham Teknologi Hong Kong Berfluktuasi
"Kami masih menganggap perubahan kebijakan masih jauh," kata kepala penelitian regional di ING Robert Carnell.
"Negosiasi gaji musim semi adalah kunci untuk diperhatikan karena pertumbuhan upah merupakan prasyarat untuk inflasi yang berkelanjutan," tambahnya.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, naik 0,23 persen, sementara euro turun 0,22 persen menjadi 1,0866 per dolar AS.
Harga minyak naik di tengah ekspektasi dorongan permintaan dari pembukaan kembali China dan setelah data ekonomi AS yang kuat.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,41 persen menjadi 81,34 per dolar AS barel dan Brent berada di 87,83 dolar AS per barel yang naik 0,41 persen pada hari ini.