Tren Baru, Anak Muda Ramai-ramai Buka Usaha, Seperti Apa Dampaknya ke Permintaan Ruang Usaha?
Hasil survei terbaru di Asia Pasifik tahun 2021 menunjukkan 72 persen generasi Z dan milenial dalam rentang usia 18-40 tahun ingin berbisnis.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semangat kewirausahaan di kalangan anak muda tumbuh kuat sejak pandemi Covid-19 masuk di awal tahun 2020.
Muncul tren anak muda merintis membuka usaha atau memulai bisnis baru di banyak tempat, tidak hanya di kota besar tapi juga di kota-kota penyangga hingga di kawasan pemukiman untuk mendapatkan sumber pendapata baru.
Tren ini sejalan dengan temuan hasil survei terbaru di Asia Pasifik tahun 2021 yang melibatkan 4.093 responden menunjukkan 72 persen generasi Z dan milenial dalam rentang usia 18-40 tahun ingin berbisnis.
Survei yang dilakukan oleh global company Herbal Nutrition di delapan negara yaitu Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, dan Vietnam ini mendapati 9 dari 10 responden percaya untuk memulai bisnis sebelum usia 40 tahun.
Baca juga: Ekonomi Biru Tawarkan Banyak Peluang Usaha Bagi Startup
Di Indonesia sendiri survei tersebut menyimpulkan bahwa membangun bisnis adalah impian bagi banyak anak muda saat ini. Tercatat 66 persen responden yang belum memiliki usaha sendiri dan ingin segera memulainya.
Semangat masyarakat dan anak muda membuka usaha ini-itu tersebut tentu berdampak pada meningkatnya permintaan ruang usaha.
Contoh, di sektor kuliner kedai kopi baru terus bermunculan. Dalam satu koridor jalan, jumlahnya bisa belasan kedai. Sebut contoh di Jalan WR Supratman, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, yang belakangan kian ramai disesaki kedai kopi baru.
Sedikitnya ada 14 kedai kopi di jalan sepanjang 4 km yang membentang dari Stasiun Pondok Ranji hingga ujung Jalan WR Supratman mengarah ke Kampus UIN Syarief Hidayatullah Jakarta itu. Hampir tak ada ruang usaha kosong di kawasan ini.
Kalau ada, hanya satu-dua, itupun karena lokasinya agak menjorok ke dalam (second road) atau sedang dalam renovasi. Lahan-lahan kosong pun tak dibiarkan lama menganggur. Oleh pemiliknya lahan tersebut dibangun dan disewakan menjadi kios, ruko atau food court untuk tempat nongkrong.
Artinya, sektor properti juga bisa membuktikan bisa tetap tumbuh di antara berbagai situasi bisnis yang sulit dan pandemi telah membawa begitu banyak perubahan yang berlanjut pada fitur maupun produk properti yang dihadirkan kalangan pengembang.
Arief Rahardjo, Director Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia menjelaskan, secara umum kebutuhan ruang usaha di kota-kota besar di Indonesia memiliki tren pertumbuhan yang positif, meskipun memiliki skala tingkat permintaan yang berbeda- beda di setiap wilayah.
“Kebutuhan area komersial di suatu kawasan memang selalu menyertai pertumbuhan pemukiman yang terjadi karena di sanalah terbentuk ‘consumer base’ sekaligus tersedianya ‘resource’, seperti talents, entrepreneurs atau workers yang semakin besar,” ujarnya di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Ia menyebut, pembangunan area komersial dinilai memicu keramaian di kawasan. Wilayah penyangga Jakarta menjadi incaran pengusaha membuka bisnisnya karena penghuninya semakin ramai dan perekonomiannya berkembang pesat.
Wilayah Tangerang Raya, yaitu Tangerang Selatan dan Tangerang yang masih menjadi wilayah favorit yang banyak dicari konsumen. Sejumlah kota baru dengan rerata luasan pengembangan di atas 300 hektar nyatanya hidup dan ramai dihuni.
“Tangerang raya termasuk salah satu lokasi yang memiliki tingkat pertumbuhan supply dan demand ruang usaha yang cukup progressif yang tercermin dari tingkat pertumbuhan (supply dan demand) ruang perkantoran dalam lima tahun terakhir yang mencapai rata-rata 9 hingga 11 persen per tahun,” jelas Arief.
Baca juga: Kementerian Kelautan dan Perikanan: Ekonomi Biru Tawarkan Banyak Peluang Usaha Bagi Startup
Tak hanya rumah tapak (landed house), penawaran ruko juga silih berganti memasuki pasar. Suplai berlebih ke pasar bukan halangan bagi pengembang untuk menggelontorkan produk-produk komersial baru mereka ke pasar.
“Kawasannya semakin tumbuh termasuk dalam hal kebutuhan komersialnya,” imbuh Magister Perencanaan Kota (Sistem Informasi Geografis), Universitas of Wisconsin, USA, ini.
Ke Arah Selatan Serpong
Gading Serpong, Tangerang, kawasan paling subur pertumbuhan rukonya. Di kawasan yang menjadi lokasi pengembangan Summarecon Serpong dan Paramount Land ini ada ribuan ruko, berbaris rapat mulai bulevar Gading Serpong hingga jalan tembus Gading Serpong-BSD City.
Mayoritas ruko dimanfaatkan untuk membuka usaha keperluan rumah tangga seperti jasa laundry, toko interior seperti karpet, bunga, furnitur dan sejenisnya, selain untuk, mini market, kedai kopi, toko sembako, rumah makan, tempat les musik, outlet sepeda, bank dan lain sebagainya. Yang kosong juga ada, dimana sebagian besar ruko tersebut dimiliki investor yang menunggu harga tinggi untuk dijual lagi.
Saat ini mencari ruko di bawah Rp3 miliar di Gading Serpong sudah tidak ada. Maggiore Junction di Paramount Land yang relatif baru, dengan luas tanah 63 m2 (4,5 x 14) dan bangunan 163 m2, harganya Rp3,7 miliar.
Sementara ruko dengan ukuran sama lokasi di jalan utama harganya hampir mencapai Rp4,3 miliar. Dessy Sukmana salah satu broker independen di Serpong menyebut, ruko tipe 180/72 harganya tembus Rp5 miliar, tipe 203/68 Rp5,6 miliar, atau tipe 255/85 Rp6,5 miliar.
Baca juga: Peluang Usaha Tanpa Modal, Regarsport Sukses Cetak Lebih dari 100.000 Reseller
“Peruntukannya beda-beda. Ruko di kawasan yang cukup dekat dengan kampus Universitas Multi Media Nusantara (UMN) cocok untuk perkantoran dan bisnis yang membidik segmen mahasiswa. Sementara ruko di sekitar hotel dan klaster lebih cocok untuk litestyle,” terangnya.
Managing Director Cushman & Wakefield Lini Djafar mengatakan, area Gading Serpong saat ini masih terus berkembang dengan produk unggulan berupa rumah tapak dan ruko.
Dengan prospek akses tol baru yaitu Serpong-Balaraja yang berada di sebelah selatan kawasan, perkembangan Gading Serpong akan bergerak menuju ke arah selatan kawasan, yaitu Kabupaten Tangerang.
“Kabupaten Tangerang memiliki prospek kawasan yang baik. Populasi kawasan ini masih meningkat, dengan PDRB yang selalu mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya di masa sebelum pandemi. Ini menunjukkan daya beli masyarakat yang meningkat. Dengan bertumbuhnya penduduk dan daya beli, juga keberadaan kawasan industri di sekitar, permintaan untuk produk komersial masih prospektif di masa depan, baik dari pengusaha lokal maupun dari Jakarta,” kata Lini.
Kabupaten Tangerang seperti Curug, Bitung hingga Balaraja yang memiliki harga properti cenderung rendah yaitu rata-rata Rp12,4 juta per m2 (data Cushman & Wakefield semester II-2020), dengan rincian Bitung-Cikupa-Sindang Jaya Rp6,8 juta per m2, Kelapa Dua-Gading Serpong Rp15,6 juta per m2, membuat kawasan ini dapat mengakomodasi berbagai demand properti.
“Untuk pemilik dana dengan segmen menengah-bawah yang mencari affordability, area tengah hingga barat dapat menjadi pilihan, sementara yang memiliki budget lebih dapat memilih area tengah hingga timur Tangerang Raya,” saran Lini.
Agar bijak membeli aset properti komersial sehingga mudah disewakan kepada entrepreneuers untuk membuka usaha atau bisnisnya, Arief menyampaikan sejumlah tips.
Baca juga: Kemendagri Minta Pemda Kembangkan Inovasi untuk Tumbuhkan Wirausaha
Pertama, wilayah pemukiman atau perkotaan yang baik untuk pengembangan ruko atau area usaha dan bisnis pada umumnya harus memiliki kualitas aksesibilitas yang baik seperti infrastruktur jalan dan transportasi publik, sehingga terhubung secara baik dengan wilayah lainnya.
Selain itu adalah kualitas perencanaan (masterplan) kawasan yang memiliki visi jangka panjang, sustainable dan integrated yang dikembangkan secara sistematis melaui tahapan (development staging) yang baik.
“Dari segi kekuatan developer dalam mengelola konsep, kualitas dan pelaksanaan pengembangan kawasan juga berpengaruh penting khususnya dalam menjaga kepercayaan pasarbahwa suatu kawasan tersebut akan selalu memberikan nilai tambah di masa mendatang,” pungkas Arief.