Ekonomi Dunia Beri Sinyal Pemulihan, Bank Sentral Mulai Kompak Kendurkan Suku Bunga Acuan
Bank sentral Polandia dan bank sentral Rumania yang kompak menghentikan kenaikan suku bunga sering dengan melandainya kenaikan inflasi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Menyusutnya pergerakan inflasi, mendorong antusiasme bank sentral global untuk memperlonggar kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga acuan yang lebih rendah.
Bloomberg mencatat selama bulan Januari lalu, bank sentral AS atau yang dikenal dengan nama The Fed dilaporkan hanya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) dengan Funds Rate berada di kisaran 4,5 persen sampai 4,75 persen.
Kenaikan ini terhitung lebih kecil apabila dibandingkan dengan pertemuan di tahun lalu, mengingat selama tujuh bulan terakhir The Fed selalu memperketat kebijakan suku bunga, dimulai dari Maret tahun dengan mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin.
Baca juga: Tiru The Fed, Bank Sentral Inggris Kerek Suku Bunga Acuan 4 Persen, Tertinggi Sejak 2008
Kemudian pada Mei 2022 The Fed memperketat kebijakan dengan membawa suku bunga ke kisaran 50 basis poin.
Melanjutkan kenaikan di bulan sebelumnya selama Juni, Juli, September, dan November The Fed kembali memacu suku bunga dengan masing – masing dinaikan sebesar 75 persen, serta 50 basis poin di Desember 2022.
Tak hanya The Fed, belakangan sejumlah bank sentral lainnya juga turut mengendorkan kebijakannya seperti The Reserve Bank of Australia yang minggu ini mengumumkan kenaikkan suku bunga sebesar seperempat poin.
Diikuti oleh Bank sentral Polandia dan bank sentral Rumania yang kompak menghentikan kenaikan suku bunga sering dengan melandainya kenaikan inflasi.
Langkah serupa juga dilakukan bank sentral Amerika Latin, di mana pejabat moneter memutuskan mengerek suku bunga acuan lebih rendah setelah beberapa tahun terakhir terus melakukan hawkish untuk menekan lonjakan harga pangan dan energi.
Kondisi serupa juga dialami seluruh pasar negara berkembang, dimana selama Januari enam dari 18 bank sentral termasuk Indonesia, Korea, Afrika Selatan, Thailand, Israel, dan Kolombia hanya menghasilkan total kenaikan 225 bps pada Januari
Jumlah tersebut melandai apabila dibandingkan dengan total kenaikkan suku bunga pada Desember tahun lalu yang dipatok sebesar 260 bps.
Meski tak semua bank sentral global mengambil langkah dovish dengan mengerek laju suku bunga ke ke level terendah, seperti Eropa yang kekeh menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Namun penurunan yang dilakukan beberapa bank sentral ini telah memberikan sinyal akan adanya pemulihan ekonomi.
"Bank sentral secara agresif menaikkan suku bunga tahun lalu. Itu karena inflasi di banyak negara naik ke level tertinggi dalam beberapa dekade," ujar Tobias Adrian dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Sinyal pemulihan juga terlihat dari respon IMF dengan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 menjadi 2,9 persen. Naik drastis dari proyeksi sebelumnya.
Revisi ini yang kemudian mendorong optimisme pasar akan adanya penurunan laju inflasi lanjutan . Sehingga resesi ekonomi global kemungkinan besar tidak terjadi di sepanjang tahun ini.
"Prospeknya tidak sesuram proyeksi kami pada Oktober 2022, dan bisa jadi titik balik dengan pertumbuhan mencapai titik terendah dan inflasi menurun," kata Direktur Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas.