Perang Rusia-Ukraina Bikin Mata Uang Berbagai Negara Melemah Terhadap Dolar AS
Invasi Rusia ke Ukraina berdampak pada puluhan mata uang sejumlah negara melemah terhadap dolar AS di 2022 yang mengakibatkan naiknya biaya impor.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Untuk beberapa pengekspor energi, seperti Nigeria dan Angola, harga minyak yang lebih tinggi sebagian diimbangi oleh kenaikan biaya pemeliharaan subsidi bensin yang mahal. Sementara importir minyak dengan subsidi bensin, seperti Kenya dan Ethiopia, bernasib lebih buruk.
Baca juga: Jadi Mata-mata Rusia, Mantan Satpam Kedutaan Inggris di Jerman Dihukum 13 Tahun Penjara
Masalah serupa telah muncul di negara-negara dengan program subsidi pangan yang besar. Sebelum perang, Rusia dan Ukraina termasuk di antara pemasok jelai, jagung, dan biji bunga matahari terbesar di dunia. Pengiriman pasokan ini dan bahan pokok lainnya sangat terpengaruh oleh invasi Rusia.
Kedua negara tersebut menyumbang hampir 30 persen dari ekspor gandum global pada 2021. Tetapi karena blokade Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam Ukraina, rute pengiriman utama untuk biji-bijian, harga gandum naik 35 persen pada 2022, mencapai rekor tertinggi di bulan Maret.
Negara-negara seperti Tunisia, Maroko, dan Mesir, salah satu importir gandum terbesar di dunia, sangat terpukul oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Kira-kira dua pertiga penduduk Mesir menerima lima potong roti, yang dikenal sebagai eish baladi, setiap harinya, dengan biaya hanya 0,5 dolar AS sebulan, jauh di bawah harga pasar. Perbedaannya ditutupi oleh program subsidi roti, yang merugikan pemerintah sebesar 2,8 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Juni lalu, menteri keuangan Mesir mencatat kenaikan harga gandum akan menaikkan biaya program subsidi roti negara sebesar 1,5 miliar dolar AS pada 2022-2023.
Tertekan di bawah beban program makanan mahal, pemerintah Mesir baru-baru ini terpaksa menerima pinjaman 3 miliar dolar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Seperti program IMF lainnya, pemberian pinjaman tergantung pada “konsolidasi fiskal”. Asalkan pemerintah Mesir mengikuti program pemotongan belanja negara, maka akan mendapat cicilan pinjaman rutin selama empat tahun ke depan.
Dunia Dilanda Kelaparan Parah
“Di negara-negara dengan subsidi gandum yang sangat besar, kenaikan harga menimbulkan biaya kemanusiaan dan fiskal. Namun secara lebih umum, kelaparan dunia tetap parah,” kata kepala ekonom di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Maximo Torero.
Pada tahun 2022, indeks harga pangan tahunan FAO, yang mengukur perubahan harga pangan internasional, naik 14,3 persen dari tahun sebelumnya dan 46 persen lebih tinggi dari 2020.
Baca juga: Harga Gandum Turun, Setelah Rusia Kembali ke Kesepakatan Ekspor dari Laut Hitam Ukraina
Akibatnya, 222 juta orang di seluruh dunia mengalami kerawanan pangan akut pada tahun lalu.
“Masyarakat internasional perlu mengadopsi pendekatan portofolio untuk meningkatkan ketahanan pangan di negara berkembang,” kata Torero merujuk pada badan perdagangan internasional, bank pembangunan multilateral, dan bahkan perusahaan swasta.
“Pertama, skema asuransi pertanian dan bencana dapat ditingkatkan. Kedua, sumber impor pangan harus didiversifikasi dan pembatasan ekspor dihilangkan. Dan ketiga, kita dapat membangun kembali dengan lebih baik dengan berinvestasi lebih banyak dalam sistem pertanian negara berkembang,” sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.