Harga Pangan Melonjak, Inflasi Inggris Ikut Terdongkrak ke Rekor Tertinggi Mencapai 17,1 Persen
Mahalnya biaya energi akibat perang Rusia – Ukraina, diperparah dengan adanya ketegangan geopolitik antara Eropa dan Inggris.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
![Harga Pangan Melonjak, Inflasi Inggris Ikut Terdongkrak ke Rekor Tertinggi Mencapai 17,1 Persen](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/inflasi-inggris.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Harga pangan yang kian meroket, mendorong laju inflasi bahan makanan di Inggris melonjak ke rekor tinggi mencapai 17,1 persen hanya dalam empat minggu terakhir.
Peneliti pasar Inggris Kantar, mengungkap lonjakan harga pangan dalam beberapa minggu ini terjadi akibat dari adanya krisis pasokan buah dan sayuran yang terus berlanjut di seluruh pelosok negeri.
Hal ini bukan tanpa sebab, mahalnya biaya energi akibat perang Rusia – Ukraina, diperparah dengan adanya ketegangan geopolitik antara Eropa dan Inggris akibat perjanjian Brexit membuat para petani di Inggris kesulitan untuk melakukan produksi.
Baca juga: Bank of Japan Kewalahan, Inflasi Inti Jepang Sentuh Rekor Tertinggi dalam 41 Tahun
Hingga mereka akhirnya memutuskan untuk menunda produksi buah dan sayur selama musim dingin hingga Mei mendatang, seperti yang dikutip dari Reuters.
“Biaya energi yang melonjak melumpuhkan produksi. Sudah terlambat bagi petani untuk menanam lantaran hanya akan memakan waktu 30 hari untuk memesan tanaman dan 12 minggu lagi untuk mulai memetik,” kata Minette Batters, presiden Serikat Petani Nasional Inggris(NFU), yang mewakili lebih dari 46.000 bisnis pertanian.
Apabila penundaan produksi terus berlanjut, Kepala serikat Petani Nasional Minette Batters memprediksi stok buah dan sayur di Inggris dapat turun ke level terendah sejak pencatatan dimulai tepatnya pada tahun 1985.
Imbas dari tekanan tersebut kini grup supermarket terbesar Inggris Tesco Asda, Morrisons dan Aldi dilaporkan telah memberlakukan batas pembelian pelanggan pada item salad. Langkah ini dilakukan setelah pasokan dari panen di Inggris mengalami gangguan.
Tak hanya memicu kenaikan harga pangan, munculnya krisis energi juga mendorong lonjakan tagihan biaya hidup. Tercatat selama bulan Januari hingga Februari rumah tangga Inggris harus menghadapi tambahan biaya belanja tahunan sebesar 811 pound.
Namun, lonjakan tersebut tak diikuti oleh kenaikkan gaji para pekerja di Inggris, dimana Kantor Statistik Nasional mencatat rata-rata kenaikan gaji karyawan Inggris secara tahunan selama Oktober hingga Desember hanya mencapai 5,9 persen, tertinggal jauh bila dibandingkan dengan negara UE lainnya.
"Februari ini menandai satu tahun penuh sejak inflasi bahan makanan bulanan naik di atas 4 pen. Hal ini berdampak besar pada kehidupan masyarakat," kata Fraser McKevitt, kepala wawasan ritel dan konsumen di organisasi Kantar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.