Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonom Sebut 186 Bank di Amerika Serikat Terancam Runtuh Seperti Silicon Valley Bank

Para ekonom menunjukkan bahwa sejumlah besar bank di Amerika berisiko mengalami penarikan simpanan yang tidak diasuransikan.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Ekonom Sebut 186 Bank di Amerika Serikat Terancam Runtuh Seperti Silicon Valley Bank
Bloomberg
Perpaduan sempurna antara kerugian, leverage yang tidak diasuransikan, dan portofolio pinjaman yang luas telah mengakibatkan jatuhnya Silicon Valley bank (SVB). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Perpaduan sempurna antara kerugian, leverage yang tidak diasuransikan, dan portofolio pinjaman yang luas telah mengakibatkan jatuhnya Silicon Valley bank (SVB).

Membandingkan situasi yang menimpa SVB dengan pemain lainnya di sektor perbankan Amerika Serikat (AS), sebuah laporan baru menyebut 186 bank yang beroperasi di AS berisiko mengalami kerugian.

Dikutip dari Business Today, laporan yang berjudul 'Pengetatan Moneter dan Kerapuhan Bank AS pada 2023: Kerugian Mark-to-Market dan Deposan yang Tidak Diasuransikan?' diposting oleh situs web Social Science Research Network (SSRN).

Dalam laporan tersebut, para ekonom menunjukkan bahwa sejumlah besar bank berisiko mengalami penarikan simpanan yang tidak diasuransikan.

Baca juga: Usai Diakuisisi, Silicon Valley Bank Inggris Bagi-bagi Bonus 15 Juta Poundsterling ke Karyawan

“Bahkan jika hanya setengah dari deposan yang tidak diasuransikan yang memutuskan untuk menarik diri, hampir 190 bank memiliki potensi risiko penurunan nilai deposan yang diasuransikan, dengan potensi $300 miliar simpanan yang diasuransikan dalam risiko," bunyi laporan itu, seperti yang dikutip dari Cointelegraph.

Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral dapat merusak aset jangka panjang seperti obligasi pemerintah dan hipotek, sehingga menimbulkan kerugian bagi bank.

BERITA REKOMENDASI

Laporan tersebut menjelaskan, bank dianggap bangkrut jika nilai mark-to-market dari asetnya, setelah deposan yang tidak diasuransikan dibayar, tidak cukup untuk membayar kembali semua simpanan yang diasuransikan.

Jika setengah dari deposan yang tidak diasuransikan dengan cepat menarik dana mereka dari 186 bank itu, deposan yang diasuransikan dapat menghadapi penurunan nilai karena bank tidak akan memiliki aset yang cukup untuk membuat semua deposan utuh. Ini berpotensi memaksa lembaga penjamin simpanan AS atau Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk turun tangan, menurut laporan tersebut.

Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian tersebut tidak mempertimbangkan lindung nilai (hedge), yang dapat melindungi banyak bank dari kenaikan suku bunga.

Kenaikan suku bunga baru-baru ini, yang menurunkan nilai pasar aset sistem perbankan AS sebesar 2 triliun dolar AS, dikombinasikan dengan sebagian besar simpanan yang tidak diasuransikan di beberapa bank AS, telah mengancam stabilitas bank-bank di Negeri Paman Sam.

“Penurunan baru-baru ini dalam nilai aset bank secara signifikan meningkatkan kerapuhan sistem perbankan AS terhadap deposan yang tidak diasuransikan,” ungkap laporan itu.


Para ekonom yang melakukan studi tersebut memperingatkan bahwa 186 bank ini berisiko mengalami nasib serupa tanpa intervensi atau rekapitalisasi pemerintah. Laporan itu menggarisbawahi pentingnya kehatian-hatian pada manajemen risiko dan diversifikasi sumber pendanaan bagi bank untuk memastikan stabilitas mereka dalam menghadapi fluktuasi pasar.

Silicon Valley Bank Bangkrut

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas