Saham di Bursa Asia Anjlok, Akuisisi Credit Suisse Gagal Redam Kepanikan Investor
Di Hong Kong, Indeks Hang Seng dilaporkan amblas 2,6 persen, diikuti HSBC yang turun 6 persen.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SWISS – Pasca UBS setuju membeli saingannya yakni Credit Suisse dengan mengguyurkan dana sebesar 3,2 miliar dolar AS, perdagangan saham Asia Pasifik justru semakin mengalami tekanan hingga nilainya anjlok tajam.
Di Hong Kong, Indeks Hang Seng dilaporkan amblas 2,6 persen, diikuti HSBC yang turun 6 persen. Serta saham Standard Chartered yang ikut merosot 5 persen pada penutupan pasar saham Asia, Senin (20/3/2023).
Kondisi serupa juga dialami oleh indeks acuan Nikkei Jepang yang mencatatkan penurunan 1,1 persen, sementara Kospi Korea Selatan anjlok 0,5 persen dan S&P/ASX 200 di Australia turun 1,3 persen.
Baca juga: UBS Sepakat Akuisisi Credit Suisse Senilai 3,25 Miliar Dolar AS
Di pasar Wall Street saham Dow ikut terseret hingga jatuh sebanyak 1,2 persen, sedangkan S&P 500 turun 1,1 persen, disusul Nasdaq Composite yang nilainya ringsek 0,7 persen, seperti yang dikutip dari CNN International.
Semua penurunan ini terjadi buntut dari respon negatif atas serangkaian kesalahan dan kegagalan kepatuhan yang dilakukan Credit Suisse. Hingga merusak reputasinya di mata klien dan memicu aksi rush money atau penarikan uang sebesar 133 miliar dolar AS.
Imbas tindakan ini Credit Suisse bahkan mengalami pembengkakan kerugian hampir 7,3 miliar franc Swiss atau 7,9 miliar dolar AS. Alasan tersebut yang membuat Credit Suisse mulai dilanda krisis modal, menyusul keruntuhan Silicon Valley Bank.
Meski perbankan UBS telah sepakat untuk mengambil alih Credit Suisse, untuk mengamankan stabilitas keuangan dan melindungi ekonomi Swiss. Namun hal tersebut belum cukup mampu meredakan kekhawatiran pemain saham.
Para investor menilai keruntuhan pasar saham akan terus terjadi selama industri perbankan terus mengalami guncangan akibat kontraksi ekonomi global.
Terlebih selama sebulan terakhir sudah ada tiga perbankan AS yang dinyatakan bangkrut yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank.
Tekanan ini yang membuat para pemain saham mulai kehilangan kepercayaan, hingga mereka memilih untuk meninggalkan pasar saham dan beralih ke aset safe haven lainnya yang lebih menjanjikan seperti emas dan cryptocurrency.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.