Produksi Film Lokal Diharapkan Beri Dampak Positif ke Sektor Pariwisata
Film karya kreator lokal yang menggambarkan keindahan alam dan budaya daerah diharapkan mendorong minat masyarakat menyambangi destinasi wisata.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, kreativitas di industri perfilman dapat mengimajinasikan, menggerakkan, dan mengubah perspektif manusia.
Menurutnya, film juga merupakan subsektor ekonomi kreatif yang memiliki kekuatan menginspirasi, menghibur, dan mempengaruhi penonton.
“Melalui film kita bisa melihat keindahan alam, budaya yang ada di latar ceritanya, dan secara tidak langsung bisa mentransformasikan sebuah daerah sebagai destinasi wisata,” ujar Sandiaga dalam pernyataan tertulis, Kamis (23/3/2023).
Sandiaga yakin karya film produksi filmmaker lokal dapat memberikan impact yang besar terhadap pariwisata Indonesia.
Apalagi di tahun kedua Festival Film Bulanan ini berupaya memfokuskan pada kegiatan aktivasi, distribusi, dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengantarkan karya-karya sineas lokal ke industri perfilman nasional maupun internasional.
Menparekraf memberikan ucapan selamat atas terpilihnya Film ‘Romansa di Balik Pagar Akal’ dan ‘Penjara Segara’ dan berharap film-film yang dihasilkan dari Festival Film Bulanan selalu bisa bermakna, sehingga dapat berdampak positif, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya.
Dia mengimbau para sineas yang berada di wilayah Jakarta dan Jawa Timur agar mempersiapkan diri karena pendaftaran Lokus 3 akan dibuka pada tanggal 2 April mendatang.
“Kami di Kemenparekraf bersama Festival Film Bulanan berkomitmen untuk terus mendukung para pelaku kreatif subsektor film untuk berkarya menghasilkan film-film terbaik. Optimis film Indonesia akan menang Oscar suatu saat nanti” ujarnya.
Dua Film Terpilih Festival Film Bulanan Lokus 2 telah resmi diumumkan. Film Terpilih pada Lokus 2 ini dimenangi oleh film dokumenter, yaitu film ‘Romansa di Balik Pagar Akal’ karya Sutradara Rifqi Asha Prawira dan film ‘Penjara Segara’ karya Sutradara Rahadian Navanka Samhudi.
Film ‘Romansa di Balik Pagar Akal’ dan ‘Penjara Segara’ terpilih menjadi pemenang karena memiliki gagasan yang kuat dan sudut pandang unik, serta dibuat dalam sajian visual yang menarik, sehingga pesan yang terdapat dalam film bisa tersampaikan dengan baik.
Dosen Film dan Televisi serta Resensator Film, Mohamad Ariansah, yang di Festival Film Bulanan ini juga berlaku sebagai kurator menyatakan, kekuatan film ‘Romansa di Balik Pagar Akal’ adalah kemampuan film maker itu dalam menggali sudut pandang dari sebuah persoalan.
Baca juga: Vladimir Putin Minta Film Dokumenter Invasi Rusia ke Ukraina Diputar di Bioskop
“Mengangkat human interest tentang orang yang sudah sembuh dari gangguan jiwa berbicara tentang pernikahan. Memiliki gagasan kuat dan point of view yang unik, sehingga ceritanya menarik,” kata Ale (sapaan akrab Mohamad Ariansah).
Ale menambahkan, untuk film dokumenter ‘Penjara Segara’ yang mengangkat cerita tentang penangkaran lumba-lumba, “Film ini garapannya sudah seperti profesional dan sangat bagus untuk advokasi tentang perlindungan hewan,” ungkapnya.
Di lokus 2 Festival Film Bulanan kali ini film-film dokumenter lebih mendominasi dibandingkan dengan film-film fiksi, hal tersebut juga diutarakan oleh sutradara dan penulis naskah, Rahabi Mandra, yang juga merupakan kurator dalam Festival Film Bulanan ini.
Baca juga: 9 Tahun Hilangnya Pesawat Malaysia, Netflix Rilis Film Dokumenter MH370: The Plane That Disappeared
Abi (demikian beliau disapa) menyampaikan, “Pada lokus ini, aku lihat dokumenternya banyak yang kuat ketimbang fiksi. Bukan berarti fiksinya jelek, cuma ada beberapa yang sangat kuat seperti Penjara Segara.”
Dia mengatakan, walaupun Penjara Segara mengangkat isu yang udah lama, yaitu isu penangkaran lumba-lumba yang diperjuangkan supaya bisa bebas, tapi karena dibuat dengan baik dan dikasih angle-angle menarik jadilah film dokumenter yang bagus.