Praktisi Pasar Modal: Perbankan RI Cukup Kebal Hadapi Krisis Sektor Keuangan di AS dan Eropa
Krisis perbankan di Amerika Serikat dan Eropa diyakini tidak akan berdampak terhadap industri perbankan di Indonesia.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Krisis perbankan di Amerika Serikat dan Eropa yang ditandai oleh kejatuhan Silicon Valley Bank dan Credit Suisse diyakini tidak akan berdampak terhadap perbankan di Indonesia.
Dosen sekaligus praktisi pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, perbankan di Indonesia sudah teruji oleh stress test yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
"Dampak secara psikologis saja Soalnya kondisi bank di Indonesia cukup berbeda dengan AS ataupun Eropa, hal tersebut sudah terbukti dari stress test yang di lakukan Bank Indonesia," ujarnya dalam pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (26/3/2023).
Dia mengatakan, krisis yang belakangan dialami Deutsche Bank tidak akan separah Credit Suisse maupun Silicon Valley Bank. Saham Deutsche Bank turun 11 persen pada Jumat (24/3/2023).
Menurutnya, penyebab ambruknya saham Deutsche Bank akibat sentimen negatif kenaikan Credit Default Swap (CDS) di Eropa.
"Iya, persepsi investor Eropa terhadap perbankan di sana menyusul masalah Credit Suisse membuat CDS 5 tahun di Eropa naik signifikan yang menandakan risiko pemilik obligasi meningkat," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com,
Kendati demikian, kasus jatuhnya saham Deutsche Bank berbeda dibanding Silicon Valley Bank di Amerika Serikat (AS) dalam waktu hitungan hari bangkrut.
Baca juga: Rupiah Diprediksi Betah di Rp 15.000 Per Dolar AS Imbas Silicon Valley Bank Kolaps
"Berbeda secara fundamental, Deutsche Bank lebih solid terlihat dari rasio profitabilitas yang lebih stabil dan memiliki trend positif. Beda seperti Credit Suisse dan kasus bank di AS yang tidak memiliki prospek fundamental kuat," kata Lanjar.
Karena itu dengan segala kekuatan fundamentalnya, Deutsche Bank diyakini tidak lantas menjadi kolaps dengan mudah akibat harga sahamnya jatuh.
Baca juga: Deutsche Bank Berisiko Kolaps Setelah Sahamnya Anjlok 11 Persen
"Sepertinya kecil (kemungkinan kolaps). Terakhir, Deutsche Bank mampu berencana menebus kembali obligasi sebesar 1,5 miliar dolar AS," tuturnya.