Menkop Teten Berpesan ke OJK Agar Perbankan Tinggalkan Pendekatan Konvensional
Teten kemudian mencontohkan bagaimana perusahaan teknologi finansial (fintech) seperti peer-to-peer (p2p) lending, menggunakan credit scoring
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan, perlu adanya pemanfaatan teknologi digital untuk mempercepat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Ia telah mengusulkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar tidak lagi menggunakan pendakatan konvensional dengan menggunakan jaminan, di mana tak semua aset UMKM bisa dipakai sebagai agunan.
"Saya mengusulkan ke OJK, perbankan harus mulai tidak menggunakan pendekatan konvensional. Kalau dipaksa UMKM itu harus punya aset dulu baru bisa pinjam modal, wah, itu pasti berat. UMKM itu justru enggak punya aset," katanya dalam acara Penyerahan KUR Klaster Berbasis Rantai Pasok di KemenKopUKM, Rabu (12/4/2023).
Baca juga: Jokowi Targetkan Kredit Perbankan ke UMKM Sebesar 30 Persen, Menkop Teten Dorong Lewat KUR Klaster
Teten kemudian mencontohkan bagaimana perusahaan teknologi finansial (fintech) seperti peer-to-peer (p2p) lending, menggunakan credit scoring untuk meminjamkan modal.
"Saya kira beberapa pendekatan yang dilakukan oleh p2p lending, fintech, dengan menggunakan credit scoring, menggunakan teknologi digital, itu juga barangkali bisa dijadikan salah satu pendekatan oleh perbankan. Kami sudah bicara dengan OJK. Ini setuju dan tinggal kita nanti bagaimana implementasinya," ujar Teten.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu mengatakan, apabila menggunakan credit scoring saat memberikan pinjaman, nasabah yang diberikan bisa lebih terverifikasi karena dapat terlihat kesehatan usahanya.
"Saya kira memang kalau pakai credit scoring, nasabah bank jauh lebih pasti. Karena dengan credit scoring, kesehatan usaha, track recordnya bisa dilihat. Kalau agunan kan bisa bodong juga," kata Teten.
Menurut Teten, dengan menggunakan credit scoring, nasabah tidak bisa berbohong karena terlihat rekam jejak dan kesehatan usahanya. Berbeda apabila menggunakan agunan.
"Justru dengan credit scoring, enggak bisa berbohong. Karena dalam periode tertentu, (dapat terlihat, red) ini bisnisnya sehat atau tidak," kata Teten.
Meskipun fintech p2p lending ini memiliki bunga yang tinggi, Teten percaya pinjamannya bisa lebih murah apabila perusahaan tersebut mampu lebih presisi dalam melihat track record dari calon nasabahnya.
Baca juga: KUR Kecil BRI 2023: Simulasi Cicilan Rp 200 Juta hingga Syarat dan Cara Pengajuan
"Saya optimis kalau mereka semakin presisi melihat calon nasabahnya dari segi track record keuangan mereka, cash flow mereka, kesempatan usaha mereka, mereka bisa memberikan pinjaman yang lebih murah," ujar Teten.