Industri Tekstil Banyak Lakukan PHK, Pengusaha: Karena Digitalisasi untuk Menambah Daya Saing
Kemenperin telah mengidentifikasi industri tekstil dan produk turunan tekstil yang terdampak paling besar terhadap kondisi ekonomi global.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Buruh Minta Pemerintah Siapkan Solusi
Senada dengan hal tersebut, Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menyinggung maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di industri tekstil dan produk tekstil atau TPT, yang marak terjadi dalam beberapa waktu belakang.
Presiden KSPN, Ristadi mengatakan, PHK yang terjadi imbas turunnya permintaan produk-produk TPT. Namun, ia enggan membeberkan secara rinci merek-merek atau brand tekstil yang dimaksud.
Baca juga: Buruh Minta Tiga Perusahaan Tambang Asal China Diusir Jika Tak Patuhi Hukum Ketenagakerjaan
"Kalau brand internasional itu menyetop pemesanan baju atau stok (dari pabrik Indonesia), katanya stok mereka sudah cukup," ucap Ristadi saat ditemui pada agenda aksi unjuk rasa buruh di kawasan Patung Kuda Jakarta, Senin.
"Kemudian besoknya pekerja dirumahkan atau bahkan di PHK. Kan pekerja atau karyawan enggak tau apa-apa, enggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ada yang PHK," sambungnya.
Ristadi pun mendorong pemerintah untuk dapat memberikan solusi sekaligus kebijakan yang membela para pekerja dan industri sektor TPT.
Terlebih diketahui, industri TPT merupakan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
"Maka pemerintah harus sigap dengan adanya situasi ini, sebab industri tekstil ini padat karya yang paling banyak menyerap tenaga kerja Indonesia, ada jutaan. Beda dengan padat modal, ini harus jadi perhatian serius Pak Jokowi," pungkasnya.