Perekonomian AS Makin di Ambang Kolaps, Pinjaman Bank Sentuh Rekor Terendah
Federal Reserve memperingatkan bahwa ekonomi AS terancam jatuh akibat anjloknya pinjaman bank–bank besar di negara itu.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed, memperingatkan bahwa ekonomi AS terancam jatuh akibat anjloknya pinjaman bank–bank besar di negara itu.
Berdasarkan data yang dirilis Federal Reserve, simpanan di bank komersial AS selama sebulan terakhir turun ke level terendah, dari awalnya dipatok 10,61 triliun dolar AS kini merosot menjadi 10,54 triliun dolar AS.
Jadi yang terendah yang pernah dialami Amerika dalam dua tahun terakhir tepatnya sejak Juni 2021, seperti yang dikutip dari Reuters.
Penurunan ini terjadi lantaran terdampak kebangkrutan yang dialami sejumlah perbankan besar Amerika pasca kenaikan suku bunga The Fed.
Kendati kenaikan suku bunga dianggap efektif menekan mundur inflasi AS ke level dua persen, sayangnya usai kebijakan ini terapkan daya konsumsi masyarakat perlahan mulai mengalami pelemahan dan membuat ekonomi AS berjalan lambat dari kuartal sebelumnya.
Efek riak kenaikan suku bunga juga telah membuat konsumen mengurangi pinjaman ditengah meningkatnya aksi rush bank atau penarikan uang secara massal.
Alasan ini yang memicu krisis likuiditas hingga sejumlah perbankan Amerika dilanda kebangkrutan diantaranya seperti Silicon Valley Bank, Signature Bank, Silvergate Bank, dan First Republic.
“Ekonomi AS kemungkinan berada pada titik belok karena belanja konsumen telah melemah dalam beberapa bulan terakhir,” kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial.
Baca juga: Dr Anthony Fauci Sebut Terlalu Cepat Buka Perekonomian AS Bisa Jadi Bumerang
Kondisi ini kian diperparah dengan anjloknya produk domestik bruto (PDB) ke level terendah di mana selama kuartal pertama 2023, PDB AS hanya tumbuh 1,1 persen.
Melesat jauh bila dibandingkan dengan pertumbuhan PDB kuartal sebelumnya, dimana pada kuartal keempat 2022 PDB AS berada di kisaran 2,6 persen.
Malapetaka Gagal Bayar Utang
Selain ancaman krisis likuiditas dan PDB, belakangan ini Amerika juga diproyeksi mengalami gagal bayar utang alias default. Hal itu dikatakan Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Selasa (25/4/2023).
Yellen mengatakan, kegagalan Kongres AS menaikkan plafon utang pemerintah akan memicu bencana ekonomi yang akan mengerek suku bunga AS lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.
Baca juga: AS Terancam Default, Janet Yellen Singgung Bencana Ekonomi, Analis Sebut Ada Dampak ke Rupiah
Yellen menjelaskan, ketika gagal bayar terjadi, peringkat kredit Amerika Serikat akan di-downgrade.
Pelaku pasar juga berpotensi menjual surat utang AS (Treasury) dan berimbas pada melonjaknya suku bunga lantaran terpengaruh kenaikan yield.
Treasury juga tidak lagi dipandang sebagai aset aman atau safe haven, hal ini tentunya akan mempengaruhi kinerja pasar saham AS Wall Street hingga dapat turun ke peringkat terendah dalam sejarah.
Baca juga: Utang AS Bengkak 31 Triliun Dolar, Menkeu Yellen Peringatkan Amerika Untuk Bersiap Hadapi Malapetaka
Ancaman tersebut bahkan berpotensi mendorong lonjakan angka pengangguran di AS sebesar lima point presentasi.
"Kegagalan negara akibat default berpotensi besar menimbulkan bencana ekonomi dan keuangan. Hal itu lantaran default dapat menaikkan biaya kredit selamanya, serta membuat investasi masa depan dipatok lebih mahal," jelas Yellen.
Mencegah terjadinya penurunan PDB yang berlanjut ditengah pembengkakan utang, pemerintah AS saat ini mulai memangkas pengeluaran negara sebesar 4,5 triliun dolar AS.
Meski cara tersebut tak langsung membuat ekonomi Amerika pulih dengan cepat, namun dengan langkah ini Yellen yakin batas utang negaranya dapat perlahan naik ke kisaran 1,5 triliun dolar AS.