Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dirut BRI Sunarso Optimistis Indonesia Tidak Akan Resesi Walaupun Bank Amerika dan Eropa Bangkrut

Krisis ekonomi merambat dari Amerika ke benua Eropa. Bank Swiss, Credit Suisse juga terdampak. Lalu, bagaimana risiko resesi perekonomian Indonesia?

Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Sanusi
zoom-in Dirut BRI Sunarso Optimistis Indonesia Tidak Akan Resesi Walaupun Bank Amerika dan Eropa Bangkrut
Domuara D Ambarita/Tribunnews.com
Direktur Utama BRI Sunarso saat paparan mengenai optimisme Indonesia takkan masuk jurang resesi global, di Brilian Club, Jakarta, Kamis (11/5/2023) 

Kemudian krisis bermula kredit macet kredit pemilikan rumah (KPR) atau kenal sebutan subprime mortgage di AS tahun 2008. Bangkrutnya bank Lehman Brother, menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global ketika itu. Rentetannya banyak bank dan jasa keuangan ambruk. Di antaranya, Washington Mutual Bank,   Downey Savings and Loans, IndyMac, Colonial Bank, FBOP Corp banking subsidiaries, Guaranty Bank, Downey Savings and Loans serta Bank United FSB. 

Dampak krisis 2008, episentumnya ada di Amerika dan Eropa, terasa pada pasar keuangan dan ekonomi nasional. Saat itu, kurs rupiah melemah 13 persen dari Rp 9.060/dolar AS menjadi 10.208/dolar AS. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan 16,8 persen dan kredit macet (NPL) 3,2 persen. 

Krisis 2013, yang episentrumnya ada i eropa dan Emerging market, disebabkan gagalnya perbankan negara di Eropa, bermula dari krisis di Yunani. Saat itu suku bunga bank tinggi.

Krisis 2013, dampaknya terasa pada melemahnay nilai tukar, suku bunga bank nai dan inflasi tinggi.

Kurs rupiah semula Rp 9.368/dolar AS terkoreski 26% menjadi 12.170/dolar AS. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan membaik, 18,2% dan kredit macet (NPL) 1,77%.

Ada pun krisis 2020 yang dampaknya semakin terasa 2023,merupakan efek lanjutan dari krisi Covid-19 serta perang Rusia vs Ukraina. Episentrumnya merata di seluruh dunia. Krisis berasa pada sektor kesehatan, pasar keuangan, ekonomi, rantai pasok (supply Chain), dan daya beli masyarakat UMKM.

Krisis 2020 mengakibatkan nilai tukar rupiah menurun tipis 2,3% semula Rp 13.800/dolar AS menjadi Rp 14.120/dolar AS. CAR perbankan Indonesia 24,25% dan risiko kredit macet kecil, 3,18 persen.

Berita Rekomendasi

Krisis 2020 hingga 2023 merupakan yang tergawat dari semua rangkaian krisis terdahulu, sejak 1998. Mengapa? Karena hiperinflasi juga suku bunga bank tinggi oleh bank sentral, termasuk Bank Sentra AS, The Fed. The Fed menaikkan suku bunga acuan perbankan 10 kali beruntun dengan total 500 basis poin menjadi 5% - 5,25%.

Namun bagi Indonesia, krisis ekonomi sejak 2020, akibat pandemi covid-19, ekonomi kita melemah hanya sekitar dua persen. Permodalan bank cukup kuat, rasio kecukupan modal (CAR) 24,25 persen dan kredit macet (non performing load/NPL)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga Q1 2023 cukup kuat, di atas ekspektasi pasar. Dan lebih tinggi dari tingkat potensialnya (trend) pada Q1-2023 yang ditopang konsumsi dalam rumah tangga dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama 2023 diperkirakan mencapai 5,03 persen, lebih tinggi dari Q2 2022 level 5,01%, namun lebih rendah dari Q2 2022 setinggi 5,46%, dan Q3 2022 sebesar 5,73%.

Pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha melambat pada hampir semua sektor, kecuali jasa keuangan yang menguat menjadi 4,48% dari sebelumnya 3,76% (Q4 2022) dan 1,64% Q1 2022.

Mengapa risiko resesi rendah, kata lagi. Sunarso menjawab sendiri, “Karena kita diberkahi banyak krisis sebelumnya. ibarat bimbel (bimbingan belajar, Red), kita sudah sering latihan. Kita dihadapkan pada soal yang itu-itu saja. Jadi sudah terlatih, sudah hapal solusinya,” kata Sunarso mengundang tawa hadirin.

Area atau episentrum krisis saat ini, kata Sunarso, tidak terlalu jelas. Sebab terjadi di banyak negara terdampak pandemi covid-19. Amerika serikat yang semua menganggap diri baik-baik saja, ternyata terdampak juga yang menjatuhkan beberapa bank, seperti Silicon Valley Bank.

Faktor pendukung optimisme Sunarso, Indonesia tidak akan krisis karena perekonomian Indonesia sangat kuat oleh permintaan domestik. Selain itu, pasar finansial dan valuta asing Indonesia saat ini, cenderung lebih tahan dari gejolak eksternal dibanding masa lalu.

Faktor penopang lainnya, inflasi relatif stabil. Tidak terjadi gejolak harga komoditas pokok, kecuali harga minyak goreng naik dan ditandai kelanggakan komoditasnay tahun lalu. Kepiawaian Bank Indonesia mengendalikan stabiltias kurs rupiah pun menjadi elemen penopang akan ketahanan perekonomian Indonesia. Kebutuhan akan pupuk memang naik, namun dapat ditopang pemenuhan dari impor. Energi pun stabil.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas