Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Janet Yellen: AS Masih Belum Bisa Bayar Utang, Ancaman Default di Depan Mata

Apabila ancaman gagal bayar utang Pemerintah AS benar-benar terjadi, maka tingkat pengangguran di AS bakal naik menembus 4,7 persen tahun ini.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Janet Yellen: AS Masih Belum Bisa Bayar Utang, Ancaman Default di Depan Mata
Web treasury
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengungkap potensi negaranya yang akan mengalami gagal bayar utangnya paling cepat pada Juni 2023. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengungkap potensi negaranya yang akan mengalami gagal bayar utangnya paling cepat pada Juni 2023.

Pernyataan tersebut dilontarkan Yellen, usai kongres AS gagal menaikkan pagu atau batas pinjaman ditengah lonjakan utang yang telah membengkak ke kisaran 31,45 triliun dolar AS per 31 Maret 2023.

“Departemen Keuangan kemungkinan tidak akan lagi dapat memenuhi semua kewajiban pemerintah jika Kongres tidak bertindak untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang pada awal Juni dan potensinya paling cepat 1 Juni," tegas Yellen.

Sebelum isu kegagalan ekonomi AS mencuat, Yellen  sempat  memperingatkan para kongres di negaranya untuk bersiap menaikan pagu batas pinjaman senilai 1,5 triliun dolar AS.

Hal ini dimaksudkan agar AS terhindar dari malapetaka ekonomi, akibat efek dari kenaikan suku bunga yang jauh lebih tinggi di tahun selanjutnya.

Namun peringatan Yellen tak ujung diindahkan, para kongres Gedung Putih justru memilih untuk memangkas semua anggaran  pengeluaran negara sebesar 4,5 triliun dolar AS.  

Berita Rekomendasi

Meski cara tersebut diklaim sebagai langkah tepat untuk menekan kerugian.

Namun Yellen menilai apabila kebijakan itu hanya akan mempercepat potensi gagal bayar utang AS.

"Jika Kongres gagal menaikkan batas utang, itu akan menyebabkan kesulitan besar bagi keluarga Amerika, membahayakan posisi kepemimpinan global kita, dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan kita mempertahankan kepentingan keamanan nasional kita," kata Yellen.

Baca juga: Janet Yellen Sebut Kegagalan Menaikkan Plafon Utang akan Picu Penurunan Ekonomi Amerika Serikat

Awal Kegagalan AS

Pembayaran utang Amerika awalnya dijanjikan rampung  pada di awal Juli hingga September 2023. Namun karena dana darurat yang dimiliki Amerika terus mengalami penipisan, ditengah melonjaknya tagihan utang.

Sejumlah ahli kemudian memproyeksi, apabila Amerika akan gagal membayarkan tagihan utang sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan.

Baca juga: Utang AS Bengkak 31 Triliun Dolar, Menkeu Yellen Peringatkan Amerika Untuk Bersiap Hadapi Malapetaka

Sejalan dengan proyeksi analis, Menteri Keuangan Janet Yellen juga turut memperingatkan negaranya untuk bersiap menghadapi malapetaka ekonomi di tahun selanjutnya, apabila AS gagal membayarkan tagihan utang senilai 1,45 triliun dolar AS.

Dampak Gagal Bayar Utang AS

Lebih lanjut Yellen menjelaskan ketika gagal bayar terjadi, peringkat kredit Amerika Serikat akan di-downgrade.

Pelaku pasar juga berpotensi menjual surat utang AS (Treasury) dan berimbas pada melonjaknya suku bunga lantaran terpengaruh kenaikkan yield. 

Treasury juga tidak lagi dipandang sebagai aset aman atau safe haven, hal ini tentunya akan mempengaruhi kinerja  pasar saham AS Wall Street hingga dapat turun ke peringkat terendah dalam sejarah.

Baca juga: Amerika Serikat Dibayangi Gagal Bayar Utang, 8 Juta Orang Terancam Jadi Pengangguran

Imbas tekanan tersebut, para pelaku bisnis berpotensi dilanda kebangkrutan massal lantaran sulit mendapatkan persetujuan untuk jalur kredit dari bank.

Apabila ancaman ini benar-benar terjadi, maka tingkat pengangguran di AS bakal naik menembus 4,7 persen tahun ini.

Ancaman gagal bayar utang juga berpotensi memicu lonjakan pada defisit anggaran tahunan AS hingga bengkak menjadi 2 triliun dolar AS antara 2024 dan 2033, mendekati rekor era pandemi pada akhir dekade ini apabila gagal bayar benar – benar terjadi.

"Kegagalan negara akibat default berpotensi besar menimbulkan bencana ekonomi dan keuangan. Hal itu lantaran default dapat menaikkan biaya kredit selamanya, serta membuat investasi masa depan dipatok lebih mahal," jelas Yellen.

“Itu juga akan berisiko merusak kepemimpinan ekonomi global dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan kami untuk mempertahankan kepentingan keamanan nasional kami," tambah Yellen seperti yang dikutip dari Reuters.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas