Sri Mulyani Beberkan Defisit Indonesia Tak Seberapa Ketimbang Amerika Serikat
Defisit Malaysia lebih rendah minus 4,9 persen pada 2020, Thailand 4,7 persen, dan Indonesia di 6,1 persen, tapi bahkan negara kuat seperti China
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sebelum terjadinya pandemi Covid-19, sebetulnya Indonesia sudah dalam posisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mengecil di 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2018.
Bahkan primary balance atau keseimbangan primer Indonesia juga mendekati seimbang pada tahun itu sebelum terjadi gejolak setelahnya.
"Kemudian, kita dihadapkan pada melemahnya ekonomi dunia pada 2019. Kemudian, dipukul oleh pandemi, maka kita melebarkan defisit hingga 6,1 persen dari PDB," ujarnya dalam rapat kerja Banggar DPR dengan pemerintah di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Baca juga: Defisit APBN Naik hingga Rp 1,039 Triliun, Sri: Dua Kali Biaya IKN
Namun jika dilihat, pemulihan defisit APBN Indonesia dari minus 6,1 persen pada 2020 dan turun jadi minus 2,4 persen hanya dalam periode kurang dari 3 tahun.
"Ini adalah konsolidasi yang luar biasa cepat. Kalau kita lihat negara lain menghadapi pandemi yang luar biasa, semuanya defisitnya melebar dan rata-rata melebarnya lebih tinggi," kata Sri Mulyani.
Meski kalau diihat, defisit Malaysia lebih rendah minus 4,9 persen pada 2020, Thailand 4,7 persen, dan Indonesia di 6,1 persen, tapi bahkan negara kuat seperti China defisitnya mencapai minus 9,7 persen.
Lalu, India yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Indonesia selama 10 tahun juga menggunakan defisit fiskal jauh lebih agresif.
"India defisitnya pada saat terjadi pandemi mencapai minus 12,9 persen," katanya.
Selain itu, Amerika Serikat dengan kemampuan mereka untuk menerbitkan surat utang yang begitu besar juga alami defisit lebih tinggi.
"Mereka (Amerika) mampu mencapai defisit minus 14 persen (pada 2020). Sedangkan, Amerika saat ini menghadapi defisit minus 5,5 persen (pada 2022) dan mereka dalam kondisi politik untuk menjelaskan, apakah cap atau batas dari jumlah utang bisa dinaikkan karena kalau tidak berarti mereka harus kembali konsolidasi makin agresif," kata Sri Mulyani.
Baca juga: Indonesia Defisit Cadangan Beras Sejak 6 Bulan Terakhir
Jadi dalam konteks ini, Indonesia tidak terkecuali dari peningkatan defisit, tapi kecepatan dan level konsolidasinya jauh lebih cepat.
"Kalau kita lihat Malaysia dan Thailand pasca pandemi tahun 2020, tahun pertama justru defisitnya bukannya menurun, Thailand meningkat dari 4,7 persen menjadi 5,5 persen dan Malaysia dari 4,9 persen ke 5,3 persen. China membaik, tapi juga masih defisit minus 7,5 persen (pada 2022), dan untuk India yang pertumbuhannya tinggi dibayar dengan defisit masih sangat lebar di minus 9,6 persen," pungkasnya.