Hilirisasi Nikel Jadi yang Perkembangannya Paling Pesat, Ada 100 Smelter Terbangun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut industri nikel menjadi yang perkembangan hilirisasinya paling pesat.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut industri nikel menjadi yang perkembangan hilirisasinya paling pesat.
Diketahui, pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait penghentian beberapa ekspor mineral mentah milik Indonesia guna menggenjot hilirisasi.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba, Irwandy Arief, mengatakan saat ini hilirisasi nikel menjadi yang perkembangannya paling pesat.
Baca juga: KSPN Kecam Perusahaan Tambang Nikel di Sulawesi: Mereka Berperilaku Seperti VOC
"Kalau kita lihat yang paling pesat perkembangannya adalah hilirisasi di nikel," katanya dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 bertajuk 'Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah', Senin (12/6/2023).
"Sudah lebih dari 100 smelter yang ada, mengarah pada industri besi baja dengan produk nikel pig iron dan feronikel," lanjutnya.
Selain itu, saat ini sedang dikembangkan sejumlah smelter nikel yang mengarah ke baterai.
"Kemudian sudah ada empat dan mungkin menyusul belasan smelter yang akan mengarah ke baterai," ujar Irwandy.
Ekspor Nikel 2023 Diyakini Tembus 30 Miliar Dolar AS, Hilirisasi Jalan Terus
Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, keseriusannya dalam menjalankan hilirisasi di tanah air sebagai pendongkrak ekonomi nasional.
Menurut Bahlil, hilirisasi adalah kunci untuk menumbuhkan daya saing ekonomi Indonesia.
Terlebih, melalui hasil ekspor dari komoditas seperti Nikel.
Baca juga: Ada Industri Hilirisasi Nikel, Ekonom Proyeksi Maluku Utara Jadi Masa Depan Ekonomi Indonesia
Bahlil memperkirakan nilai ekspor nikel pada 2023 bakal tembus 30 miliar dolar AS.
Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 20,9 miliar dolar Amerika Serikat.
"Ekspor nikel kita di 2017 itu hanya 3,3 miliar dolar AS, 2021 20,9 miliar dolar AS. Keyakinan saya di tahun 2022 tembus di angka 30 miliar dolar AS. Ini baru nikel saja," kata dia di acara Mandiri Investment Forum (MIF) di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Bahlil memaparkan, pihaknya terus mendorong seluruh industri untuk melakukan hilirisasi.
Hal tersebut setara dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah di tanah air.