UMKM Perajin Kayu Pinus di Tawangmangu, Potensi Industri Kreatif Handicraft Karanganyar
Melimpahnya potensi kayu pinus di wilayah Tawangmangu, Karanganyar menjadi ide awal usaha Adi Sutaryo Craft berdiri.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Ayu Miftakhul Husna
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Melimpahnya potensi kayu pinus di wilayah Tawangmangu, Karanganyar menjadi ide awal usaha Adi Sutaryo Craft didirikan.
Usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) ini dirintis pada tahun 2015 dan digawangi oleh Adi Sutaryo dan sang kakak, Siswo.
Adi Sutaryo Craft berlokasi di Dusun Gondang RT 02 RW 12, Nglebak, Tawangmangu.
Berbagai jenis produk kerajinan tangan atau handicraft dengan bahan kayu pinus sudah dihasilkan.
Mulai dari perabotan rumah, peralatan dapur, hiasan, hingga produk costum yang bisa dipesan sesuai permintaan.
Siswo mengatakan, kayu pinus yang melimpah di kaki Gunung Lawu saat itu belum bisa dimanfaatkan secara optimal.
"Kayu pinus itu mohon maaf, dulu cuma untuk kayu bakar, karena tidak bisa untuk bangunan, sehingga tidak ada nilai ekonomis," ujar Siswo saat dijumpai, Senin (26/6/2023).
Baca juga: Batik Tulis Giri Wastra Pura Girilayu Karanganyar, Lestarikan Budaya Leluhur di Kaki Gunung Lawu
Siswo dan Sutaryo kemudian mencoba membuat produk kerajinan pertama berupa gantungan baju atau hanger.
Kemudian berkembang dengan produk seperti tempat tisu, hiasan dinding, tempat air mineral, tempat perhiasan, hingga dipan dan set meja kursi.
Selain kayu pinus, limbah kayu jati dari perajin furniture juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan.
Langkah demi langkah dijajaki Siswo dan Sutaryo hingga hasil karya mereka diketahui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Karanganyar.
"Kemudian singkat cerita kami sering diajak mengikuti pameran," ungkap Siswo.
Bukan sembarangan, pameran yang diikuti Adi Sutaryo Craft adalah International Handicraft Trade Fair (Inacraft) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC).
Berkat pameran tersebut, produk Adi Sutaryo Craft langsung mendapat pembeli dan diboyong ke Belanda.
"Waktu itu nampan piring kami dibawa ke Belanda, sekitar tahun 2017," ungkapnya.
Pameran yang diikuti juga membuat produk Adi Sutaryo Craft mendapat banyak reseller dari dalam negeri.
"Ada dari Jakarta, Tangerang, dan Bandung, produk kami sudah dikirim hampir ke seluruh Indonesia," kata Siswo.
Harga produk kerajinan kayu pinus beragam, mulai dari Rp 5.000 hingga jutaan rupiah.
"Yang paling murah ada sendok kecil, gantungan kunci."
"Harga jutaan seperti rana atau penyekat mencapai Rp 9 juta, atau satu set meja kursi Rp 3,5 juta," ungkap Siswo.
Ciri khas produk Adi Sutaryo Craft menampilkan corak asli kayu pinus yang berwarna kuning gading atau krem.
Kayu Pinus dari Petani
Sementara itu, kayu pinus yang dipakai sebagai bahan pembuatan produk berasal dari para petani.
"Jadi petani-petani di sini banyak yang memiliki tanah di kaki-kaki gunung, kami menerima kayu dari situ, bukan dari hutan lindung," ungkapnya.
Kayu yang dikirim para petani tidak bisa langsung diproses menjadi produk.
Siswo mengatakan kayu pinus harus dioven terlebih dulu untuk menghilangkan getah pinus.
"Waktu yang dibutuhkan sekitar dua minggu, baru bisa diproses," ungkapnya.
Proses ini diperlukan agar kayu tidak berjamur.
Sementara itu Adi Sutaryo Craft memiliki lima orang karyawan tetap.
Apabila banyak pesanan, Siswo memberdayakan warga sekitar.
Baca juga: Cerita Nareswari, Pelaku UMKM Solo Sulap Limbah Koran Jadi Sumber Cuan
Berjuang Bangkit dari Pandemi
Efek pandemi Covid-19 nyatanya begitu terdampak bagi Adi Sutaryo Craft.
Sebelum pandemi, pendapatan per bulan bisa mencapai minimal Rp 15 juta.
Tetapi, setelah gempuran Covid-19 omzet anjlok hingga 90 persen.
Hal ini disebabkan saat pandmi, tidak ada pameran yang diikuti Adi Sutaryo Craft.
"Selama pandemi tidak ada pameran, efek domino pameran luar biasa, setelah pameran pasti pesanan meningkat, soalnya ketemu pembeli," ungkapnya.
Akses Permodalan dan Digitalisasi Pembayaran
Keberlangsungan usaha kerajinan Adi Sutaryo Craft tidak terlepas dari akses permodalan.
Siswo mengatakan usahanya pernah mendapat kucuran dana dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI di masa sebelum pandemi.
Sementara itu untuk sistem pembayaran, Adi Sutaryo Craft sudah merambah digitalisasi.
"Karena ikut pameran-pameran, kami sudah bisa menerima pembayaran dengan metode QRIS," ungkap Siswo.
Komitmen BRI Dukung UMKM
Sementara itu dihubungi terpisah, Pimpinan Cabang BRI KC Karanganyar, Yudo Utomo, mengungkapkan BRI berkomitmen memberikan dukungan terhadap pelaku UMKM.
Pelaku UMKM di Karanganyar bisa mengajukan permodalan untuk pengembangan bisnisnya.
"Pelaku mikro bisa mengajukan pinjaman Kupedes, KUR Mikro, dan KUR Super Mikro," ungkap Yudo, Senin (5/6/2023).
Selain itu, untuk usaha kecil bisa mengajukan KUR Kecil hingga kredit komersial.
"Dari sisi permodalan kami akan memberikan dukungan," ujar Yudo.
Selain permodalan, BRI juga memberikan dukungan dan pendampingan dari segi transaksi.
"Pendampingan transaksi ini dalam rangka memperlancar bisnis, berupa edukasi berbagai macam transaksi."
"Mulai dari rekening penampungan, giro, hingga QRIS atau EDC," ungkap Yudo. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.