Kamis Besok, Rupiah Diprediksi Menguat hingga Rp 14.950 Per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (20/7/2023) diprediksi lanjutkan penguatan
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (20/7/2023) diprediksi lanjutkan penguatan. Kemarin, rupiah ditutup naik 16 poin ke Rp 14.997 per dolar AS.
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah dapat lanjutkan penguatan hingga Rp 14.950.
Baca juga: Selasa Sore, Rupiah Ditutup Menguat Rp 15.000 Per Dolar AS
"Untuk perdagangan Kamis, mata uang rupiah fluktuatif. Namun, ditutup menguat di rentang Rp 14.950 per dolar AS hingga Rp 15.050 per dolar AS," ujar dia melalui risetnya, Rabu (19/7/2023).
Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah dolar AS tergelincir lebih rendah pada Selasa kemarin, diperdagangkan mendekati level terendah lebih dari satu tahun karena para pedagang semakin mempertimbangkan untuk segera mengakhiri siklus pengetatan Federal Reserve atau Bank Sentral AS.
Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi ketika bertemu minggu depan, tapi pasar fokus pada akhir siklus pengetatan FOMC setelah harga konsumen AS mencatat kenaikan tahunan terkecil mereka dalam lebih dari dua tahun minggu lalu.
Ibrahim mengungkapkan, pasar sekarang menunggu rilis data penjualan ritel dan produksi industri AS, yang akan dirilis hari ini, untuk petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi terbesar dunia, dan potensi jalur suku bunga.
"Pembacaan penjualan ritel untuk bulan Juni diperkirakan telah meningkat dari bulan sebelumnya. Sementara, pertumbuhan produksi industri juga diperkirakan akan meningkat pada bulan Juni, menunjukkan ketahanan ekonomi AS," katanya.
Baca juga: Pagi Ini Laju Rupiah Menguat Tinggalkan Level Rp15.000 per Dolar AS
Sementara itu, sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2023 turun 4,7 miliar dolar AS dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Posisi ULN Indonesia pada akhir Mei 2023 tercatat 398,3 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir April 2023 sebesar 403 miliar dolar AS.
"ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,7 persen, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,3 persen," tutur Ibrahim.
Kemudian, ULN pemerintah menurun dibandingkan dengan bulan lalu, di mana ULN pada akhir Mei 2023 tercatat sebesar 192,6 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 194,1 miliar dolar AS, atau secara tahunan tumbuh 2,3 persen.
Penurunan posisi ULN pemerintah disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang jatuh tempo.
Menurut Ibrahim, pemerintah tetap berkomitmen mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga secara tepat waktu.
Posisi ULN pemerintah dinilainya relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8 persen dari total ULN pemerintah.
Guna untuk menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," pungkasnya.