Kemenperin: Hilirisasi Industri Kayu Hasilkan Prospek Pertumbuhan Cerah
Kayu atau chip kayu memiliki produk hilir dengan diversifikasi cukup luas, salah satunya pulp dan kertas.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM - Meningkatkan nilai tambah suatu produk industri dengan hilirisasi menjadi strategi jitu yang digunakan Kementerian Perindustrian.
Hasilnya, hilirisasi industri kayu olahan saat ini menunjukkan prospek pertumbuhan yang cerah.
Sektor yang sedang berkembang adalah industri pelet kayu yang berbahan baku dari serbuk kayu, baik dari kayu berkalori tinggi maupun dari limbah serbuk kayu atau biomass.
Baca juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, HIPMI: Hilirisasi Harus Terus Dijalankan
Industri pelet kayu (KBLI 16295) menunjang transformasi energi berbasis fosil menuju Energi Baru Terbarukan (EBT). Industri ini juga telah disetujui untuk mendapatkan fasilitas tax allowance.
Kayu atau chip kayu memiliki produk hilir dengan diversifikasi cukup luas, salah satunya pulp dan kertas. Industri pulp dan kertas Indonesia dapat memproduksi hampir semua jenis kertas, mulai dari kertas budaya, kertas berharga, kertas khusus, kertas industri, kertas lainnya dan barang-barang dari kertas.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, mengatakan saat ini sedang dibangun industri paperboard dengan kapasitas terpasang 1,2 juta ton/tahun, yang akan ikut memasok kebutuhan containerboard dunia yang mencapai 192 juta ton, dengan 49,5 persen atau 95 juta ton kebutuhan di antaranya berasal dari Asia.
"Pembangunan tersebut diperkirakan selesai pada triwulan IV Tahun 2023 dengan realisasi total nilai investasi sebesar Rp 33,4 triliun. Selain itu, saat ini juga sedang dilakukan investasi kemasan aseptik yang merupakan produk hilir dari paperboard dengan nilai investasi sekitar 200 juta dolar AS atau Rp 3 triliun," tutur Putu, Jumat (1/9/2023).
Saat ini, industri pulp berbasis kayu telah menghasilkan inovasi hilirisasi produk berupa serat rayon viscose.
Kapasitas terpasang industri rayon sebesar 300.000 ton/tahun dan direncanakan untuk diperluas menjadi 600.000 ton/tahun.
"Produksi rayon tersebut akan memenuhi kebutuhan bahan baku rayon bagi industri turunannya sebagai substitusi terhadap impor kapas dan juga mendorong multiplier effect yang lebih besar bagi Indonesia," ungkap Putu.
Kinerja industri hilir berbasis hasil hutan dapat dilihat dari variabel nilai ekspor, serapan tenaga kerja dan pertumbuhan investasi.
Pada tahun 2022, kinerja ekspor industri hilir berbasis hasil hutan mencapai 15 miliar dolar AS, dengan impor senilai 4,68 miliar dolar AS.
Di sisi ketenagakerjaan, tercatat sebanyak 2,83 juta orang tenaga kerja terlibat di industri berbasis hasil hutan.