Jika Tak Mau Tumbang, UMKM Suka Tidak Suka Harus Beralih ke Digital
Digitalisasi UMKM sangat diperlukan, mengingat saat ini masyarakat aktivitasnya sangat dekat dengan gadget
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Edy Misero melihat masih cukup banyak pelaku UMKM yang belum beralih ke ekosistem digital.
Padahal, digitalisasi UMKM sangat diperlukan, mengingat saat ini masyarakat aktivitasnya sangat dekat dengan gadget, dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
Jika penerapan digital tak dilakukan, maka UMKM akan tumbang seiring berkembangnya jaman.
Baca juga: Erick Thohir Resmikan Kolaborasi Rumah BUMN dengan Agregator UMKM Bisa Tumbuh
Diketahui, penerapan digital pada UMKM dapat dilihat dari berbagai sisi. Mulai dari sistem pembayaran, pemasaran, hingga pembukuan.
"UMKM harus beradaptasi di dunia digital. Kalau UMKM enggak mau masuk ke digital, suka tidak suka, jika tidak ya akan collapse," ungkap Edy dalam sebuah diskusi secara daring, Kamis (7/9/2023).
Ia mengakui, terdapat sejumlah tantangan atau kendala dalam penerapan digital pada aktivitas bisnis UMKM.
Mulai dari minimnya pengetahuan pelaku UMKM terkait penggunaan alat (tools) pendukung. Mengingat, cukup banyak pelaku UMKM yang memiliki latar pendidikan yang kurang baik.
Selain itu, para pelaku UMKM khususnya kelas mikro dan kecil, mengaku keberatan untuk membeli tools pendukung aktivitas digital, mengingat harganya yang cukup mahal.
Ditambah lagi, layanan pembayaran digital seperti QRIS dinilai memakan biaya administrasi yang cukup lumayan.
"Kita telah petakan. Pelaku UMKM khusus kelasnya middle to low dari sisi pendidikan itu enggak bisa melek digital, harusnya ini akan berproses," papar Edy.
Baca juga: Ini Upaya Deliveree Bantu UMKM Kirim Barang dengan Harga Terjangkau
"Kesulitan apa lagi? Untuk masuk ke digitalisasi perlu ada tools-nya. Toolsnya enggak ada, perlu modal beli, tapi cekak," lanjutnya.
Meski demikian, hal-hal seperti ini perlu ditangani bersama. Sehingga geliat UMKM di dalam negeri semakin meningkat.
Diketahui, sektor UMKM ini memiliki kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia hingga 62,55 persen dan juga menyumbang serapan tenaga kerja hingga 90 persen lebih.
"Jadi yang kita punya, merubah mindset UMKM. Jangan jadi pelaku UMKM yang menerima nasib. Mestinya growth mindset, kalau ada kesulitan yang harus dicari, ini perlu kita dorong," pungkasnya.