Ada Wacana Peralihan Pertalite Jadi Pertamax Green 92, BPKN: Jangan Bebani Masyarakat
rencana penghapusan Pertalite menjadi Pertamax Green 92 jangan sampai menjadi beban tambahan bagi masyarakat.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI Rizal E Halim menyatakan, rencana penghapusan Pertalite menjadi Pertamax Green 92 jangan sampai menjadi beban tambahan bagi masyarakat.
Hal tersebut merespons rencana PT Pertamina (Persero) yang mengumumkan akan menghapus BBM RON 90 atau Pertalite pada tahun 2024, dan memindahkan subsidi ke BBM RON 92 atau Pertamax.
"BPKN tetap menekankan jangan sampai pengalihan tersebut kemudian membebani masyarakat. Tentu ini harus dihitung kembali ditengah-tengah masyarakat ada banyak biaya-biaya kebutuhan hidup terus meningkat," kata Rizal saat dihubungi Tribunnews, Minggu (10/9/2023).
Baca juga: Kementerian ESDM Persilakan Pertamina Kaji Penghapusan Pertalite
Saat ini Pertamina tengah mengkaji rencana pengalihan tersebut. Namun, Rizal bilang, sedianya dalam kajian itu Pertamina menimbang ulang terkait imbasnya kepada masyarakat yang sudah lama menggunakan Pertalite agar tidak menjadi beban tambahan.
"Memang rencana penghapusan Pertalite dan pengalihan ke Pertamax Green 92 ini perlu dikaji lebih lanjut oleh pemerintah. Sehingga Pertamina harus berhitung, sehingga tadi peralihan itu tidak menjadi beban tambahan bagi masyarakat dan konsumen," jelasnya.
Di sisi lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mempersilakan Pertamina mengkaji penghapusan Pertalite untuk kemudian diganti menjadi Pertamax Green 92.
"Kalau Pertamina mau bahas, silakan. Tapi, kalau pemerintah belum (akan bahas). Jadi industri silakan dulu bahas," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji ketika ditemui di Hotel Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Baca juga: Anggota Komisi VII DPR RI Minta Wacana Penghapusan Pertalite Dihentikan
Ia mengatakan, sejatinya akan ada atau tidaknya Pertalite pada 2024 tidaklah sederhana karena tergantung dengan masalah polusi.
"Kalau ada atau tidak itu masalahnya tidak sederhana, tergantung masalah polusi. Ini harus ada pertimbangan ekonomi dan sosial dan itu tidak bisa dari Kementerian ESDM saja, harus ada kementerian lain," ujarnya.
Kemudian, Tutuka turut menyinggung soal mandat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengharuskan oktan BBM harus di bawah 91.
Ia mengatakan, sebenarnya itu bukan mandat dan keharusan RON rendah tidak jadi yang utama. Namun, lebih kepada penetapan standar emisi.
"Sebetulnya bukan mandat. RON-nya rendah (ada di posisi, red) kedua," ujar Tutuka.
Ia kemudian mengatakan, antara akhir 2024 dan awal 2025, Pertamina bisa mencapai Euro 5.
"10 PPM itu bisa loh yang di Balikpapan," kata Tutuka.
Baca juga: Keunggulan BBM Pertamax Green 92, Diusulkan Jadi Pengganti Pertalite
"Nah sekarang itu yang dibutuhkan baru 500 PPM kan, masih di bawahnya itu, tapi akhir 2024 dan awal 2025 itu bisa Euro 5," sambungnya.
Tutuka mengatakan, hal itu bisa dibuktikan melalui Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.
"Itu tunggu selesai RDMP Balikpapan. Itu kan mendukung. Pertamina sudah in line supaya tidak polusi seperti ini sekarang," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) masih dalam tahap mengkaji untuk meningkatkan kadar oktan BBM Subsidi dengan Research Octane Number atau RON 90 menjadi RON 92.
Hal tersebut dilakukan dengan mencampur Pertalite dengan Ethanol 7 persen sehingga menjadi Pertamax Green 92.
“Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan apapun dari pemerintah."
"Tentu ini akan kami usulkan dan akan kami bahas lebih lanjut,” kata Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, seperti dikutip dari laman resmi Pertamina.