Senin Sore Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Mengarah ke Level Rp15.400
Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di level Rp15.330 pada Senin sore (11/9/2023).
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di level Rp15.330 pada Senin sore (11/9/2023).
Sebelumnya pada penutupan Jumat (8/9/2023), mata uang Garuda berada di level Rp15.328.
Melemahnya rupiah terhadap dolar AS sudah diprediksi oleh analis.
Baca juga: Bank Indonesia Gelar Kompetisi Konten Digital 2023, Total Hadiah Ratusan Juta Rupiah
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra telah mengungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (11/9/2023) berpotensi mengalami pelemahan dan mengarah ke level Rp15.400 per dolar AS.
"Senin depan (hari ini), potensi pelemahan rupiah masih terbuka," papar Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra kepada Tribunnews, (9/9/2023).
"Sehingga, peluang ke Rp15.400 terbuka tapi ini harus didukung oleh data inflasi AS bulan Agustus yang meninggi yang akan dirilis hari Rabu dan Kamis," sambungnya.
Sebelumnya pada Jumat (8/9/2023) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.328.
Angka tersebut tidak mengalami perubahan alias stagnan jika dibandingkan penutupan sebelumnya.
Ariston juga menjelaskan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda pada akhir pekan kemarin terdampak rilis data ekonomi AS yang lebih bagus dari ekspektasi.
Baca juga: Tarif Nol Rupiah di Ruas Tol Pasuruan-Probolinggo Diperpanjang, Berlaku hingga 11 September 2023
Selain itu juga bisa karena isu pelambatan ekonomi China, serta kenaikan harga minyak mentah bisa turut membebani rupiah.
"Data klaim tunjangan pengangguran semalam menunjukkan angka klaim yang lebih rendah dari ekspektasi, 216 ribu klaim versus 234 ribu klaim," ungkap Ariston.
"Data tersebut bisa menguatkan ekspektasi bahwa suku bunga tinggi AS akan berada di level tinggi untuk periode yang lebih lama. Data tenaga kerja yang solid bisa menaikan kembali inflasi di AS," pungkasnya.