Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tenaga Ahli AGI Bilang Harga Gula Bisa Naik Kalau Tidak Impor Hingga Akhir 2023

Yadi Yusriadi mengungkapkan, harga gula diprediksi akan terus mengalami kenaikan jika tidak ada impor hingga Desember 2023.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Tenaga Ahli AGI Bilang Harga Gula Bisa Naik Kalau Tidak Impor Hingga Akhir 2023
WARTAKOTA/Nur Ichsan
Pekerja mengemas gula pasir ukuran satu kilogram di Gudang Perum Bulog Divisi Regional Tangerang di kawasan Periuk, Kota Tangerang, Rabu (29/4/2020). WARTA KOTA/NUR ICHSAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi mengungkapkan, harga gula diprediksi akan terus mengalami kenaikan jika tidak ada impor gula hingga Desember 2023.

"Bila tidak ada impor gula sampai akhir tahun dalam jumlah cukup, maka gula terus akan merangkak naik dan bisa mencapai diatas Rp 15.000/kg," kata Yadi saat dihubungi Tribunnews, Jumat (6/10/2023).

Yadi mengatakan, kenaikan harga gula dinilai wajar. Pasalnya, saat ini harga lelang dari produsen sudah mendekati Rp 14.000/kg. Belum lagi biaya distribusi disekitar Rp 2.000 sampai tingkat konsumen.

"Jadi kenaikan ini wajar dari sisi mekanisme pasar," ungkapnya.

Dikatakan Yadi, harga gula di pasar mengikuti mekanisme permintaan dan penawaran. Dia bilang, hampir semua petani gula telah menyelesaikan gilingnya dengan produksi dibawah 10 persen dibanding tahun 2023.

"Awal giling 2023 stok gula banyak, sehingga harga lelang tertekan sudah dibawah Rp 12.000/kg. Walaupun harga gula raw sugar dunia sekitar dua kali harga 3 tahun yang lalu," jelasnya.

Berita Rekomendasi

"Petani gula-petani gula yang sudah dapat ijin impor sebagian besar minta ditunda karena harga impor yang tinggi," imbuh dia.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan, kondisi harga gula pada awal tahun 2023 dinilai rendah. Sehingga pemerintah mendorong para pelaku usaha untuk menyerap hasil produksi petani dengan harga yang baik.

Namun ketika selesai giling justru harga gula malah terkerek naik. Arief berharap para pelaku usaha bisa konsisten membangun kerja sama yang berkelanjutan bersama pemerintah dan stakeholders lainnya.

Baca juga: Setelah Beras, Impor Gula Segera Dilakukan, Kemendag: Perizinan Sudah, Tinggal Prosesnya Saja

"Jadi pada saat harga itu 12.500 semuanya ngambil dengan harga di bawah 12.500, tapi pas sekarang petani sudah nggak giling, harganya jadi 13 ribu. Jadi mungkin kedepannya kami harus siapkan pendanaan yang kuat untuk membeli pada saat panen tebu sampai dengan musim giling berakhir, sehingga produk petani itu dibeli dengan harga yang bagus," tegasnya.

Arief bilang, pemerintah akan memperkuat peran BUMN sebagai offtaker bagi petani khususnya pada saat musim giling, untuk memenuhi Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo.

Baca juga: Rencana Impor Gula Dipertanyakan, Petani Tebu: Stok Impor Tahun Lalu Masih Tersisa

Selanjutnya saat berakhir musim giling, stok akan dilepas untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga. Di sisi lain peningkatan produksi tebu menjadi faktor kunci menjaga ketersediaan gula nasional.

Namun untuk memenuhi kebutuhan nasional sebanyak 3,4 juta ton, selain mendorong penyerapan gula produksi dalam negeri, pemerintah juga melakukan impor gula konsumsi.

"Kemarin ID FOOD juga sudah mendapatkan pinjaman dana murah satu setengah triliun subsidi bunga dari Kementerian Keuangan untuk penguatan cadangan pangan pemerintah. Ini akan mulai dari gula, daging sapi, hingga minyak goreng. Jadi harga itu kita harapkan tidak akan naik turun karena kita punya cadangan pangan," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas