Sempat 'Booming' Saat Pandemi Covid-19, Penjualan Sepeda Kini Susut
Tren bersepeda yang sempat 'booming' pada saat pandemi Covid-19 telah surut.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Tren bersepeda yang sempat 'booming' pada saat pandemi Covid-19 telah surut.
Sejalan dengan itu, penjualan sepeda yang sempat moncer pada masa itu kini juga telah menyusut.
Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo mengatakan, puncak kejayaannya penjualan sepeda terjadi pada 2020 lalu tatkala dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19. Kegiatan bersepeda menjadi tren baru di masyarakat kala itu.
Baca juga: AISI Optimistis Target Penjualan Sepeda Motor 2023 Tembus 6 Juta Unit, Agustus Aja Udah 4,2 Juta
Kini, tren bersepeda surut sejalan dengan berakhirnya pandemi. Hal ini cukup dimaklumi Apsindo mengingat sepeda baru dianggap sebagai sarana rekreasi atau penyaluran hobi oleh banyak masyarakat, bukan untuk transportasi jarak dekat sehari-hari.
Lantas, selama 2023 berjalan, Apsindo mencatat penjualan sepeda di Indonesia diperkirakan sudah turun hampir 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Hampir seluruh jenis atau tipe sepeda mengalami penurunan penjualan. Sepeda yang dijual melalui impor juga turun,” tukas Eko, dikutip dari Kontan, akhir pekan lalu.
Padahal, sebenarnya banyak produsen yang memproduksi sepeda secara besar-besaran sejak 2020 lalu.
Mereka sempat memproyeksikan permintaan sepeda akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Namun, perkiraan mereka salah.
Alhasil, banyak perusahaan yang mengalami kondisi kelebihan pasokan sepeda.
Baca juga: 5 Rekomendasi Sepeda Listrik Terbaik dengan Harga di Bawah Rp 10 Juta
Kondisi oversupply yang dibarengi berkurangnya permintaan membuat harga sepeda turun drastis dalam beberapa waktu terakhir. Tak sedikit penjual sepeda yang mendiskon produknya hingga 60%.
“Sekarang, konsumen bisa membeli sepeda dengan bujet di bawah Rp 2 juta. Dulu ketika pandemi harga sepeda paling murah sekitar Rp 3 jutaan,” ungkap Eko.
Eko memproyeksikan tren penurunan penjualan kemungkinan masih berlanjut pada sisa 2023 maupun tahun depan.
Kalaupun ada potensi kenaikan penjualan, kemungkinan besar tidak akan menyamai level tahun 2020 lalu.
“Butuh suatu momentum yang bisa memicu tumbuhnya penjualan sepeda secara signifikan,” kata dia.
Untuk saat ini, para produsen sepeda fokus menjual stok produk yang tersedia atau tersisa di gudang dengan harapan arus kasnya tetap terjaga.
Di samping itu, produsen tetap berupaya berinovasi dengan meluncurkan sepeda yang memiliki desain baru dan segar di pasar.
Terkait tren sepeda listrik, Apsindo menilai kontribusi produk tersebut masih terbilang minim walau permintaannya jelas ada.
Sejauh ini, sepeda listrik masih dipandang sebagai produk alternatif yang mana konsumennya tergolong segmentif. (Dimas Andi)