Tekan Biaya Operasional, Produsen Chip Qualcomm PHK 1.258 Karyawan di Amerika Serikat
Produsen chip semikonduktor Qualcomm mengumumkan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap 1.258 karyawan yang berbasis di Amerika Serikat (AS)
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Produsen chip semikonduktor Qualcomm mengumumkan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap 1.258 karyawan yang berbasis di Amerika Serikat (AS), termasuk di California, San Diego dan Santa Clara.
Menurut sebuah sumber, karyawan yang terdampak PHK terdiri dari berbagai peran, mulai dari insinyur, penasihat hukum, hingga sumber daya manusia.
Chief Financial Officer (CFO) Qualcomm, Akash Palkhiwala mengatakan pemangkasan tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencana Qualcomm untuk menekan biaya operasional karena perusahaan menghadapi menyusutnya pendapatan.
Baca juga: Para Bankir Citigroup Diminta Bersiap Hadapi PHK November Mendatang
“Mengingat komitmen kami terhadap disiplin operasional, kami akan secara proaktif menerapkan tindakan biaya tambahan,” kata Palkhiwala dalam sebuah pernyataan, Kamis (12/10/2023).
“Sampai kami melihat tanda-tanda perbaikan fundamental yang berkelanjutan, kerangka kerja kami tidak berarti adanya pemulihan dalam waktu dekat,” sambungnya.
Berita PHK ini muncul sekitar sebulan setelah perusahaan mengumumkan kesepakatan dengan Apple untuk menyediakan chip 5G setidaknya hingga 2026. Qualcomm sendiri juga merupakan pemasok chip untuk Meta Quest 3 yang baru diumumkan.
Meta PHK Karyawan di Unit Silikon Metaverse
Awal bulan ini, Meta Platform juga dikabarkan akan memangkas sejumlah karyawan yang berada di divisi Reality Labs yang berorientasi pada metaverse.
Isu PHK ini mencuat ke publik usai para karyawan Meta yang menangani proyek augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) diminta bersiap menerima email dari perusahaan yang berisikan pemberitahuan tentang PHK.
Meta sendiri telah memangkas sekitar 21.000 karyawan sejak November tahun lalu sebagai upaya untuk meyakinkan investor bahwa mereka dapat menghemat biaya di tengah melemahnya pertumbuhan pendapatan, inflasi yang tinggi, dan kekhawatiran Reality Labs akan kehilangan banyak pendapatan.