Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Diprediksi Terus Melemah ke Level Rp 16.000, Sejumlah Sektor Akan Terdampak

Rupiah diperkirakan akan terus berada dalam tekanan sampai dengan akhir Oktober 2023.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Rupiah Diprediksi Terus Melemah ke Level Rp 16.000, Sejumlah Sektor Akan Terdampak
KONTAN/Fransiskus Simbolon
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan melemah menuju level Rp 16.000 dan diperkirakan akan terus berada dalam tekanan sampai dengan akhir Oktober 2023. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan melemah menuju level Rp 16.000. Rupiah diperkirakan akan terus berada dalam tekanan sampai dengan akhir Oktober 2023.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, beberapa faktor global akan menjadi penyebab utama Rupiah cenderung terdepresiasi. Indikator-indikator ekonomi Amerika Serikat terkini, seperti pasar tenaga kerjanya, masih menunjukkan kondisi yang resilient.

"Sehingga tingkat inflasinya meski menurun namun tetap cenderung stubborn atau berada di atas sasaran target yang sebesar 2 persen," ujar Josua saat dihubungi Selasa (24/10/2023).

Selain itu, konflik Israel-Hamas yang semakin memanas juga meningkatkan tensi geopolitik pada kawasan Timur Tengah, sehingga menaikkan harga minyak dunia yang berujung pada ekspektasi semakin sulitnya inflasi global untuk turun secara persisten.

"Hal tersebut menyebabkan risiko “higher-for-longer” meningkat, dengan ruang kenaikan suku bunga kebijakan the Fed masih akan terbuka di sisa tahun ini," kata Josua.

Kondisi tersebut akan memicu sentimen risk-off investor dan mengalihkan dananya ke aset safe haven. Rupiah diprediksi sampai akhir Oktober 23 dapat berada pada rentang Rp15.700 – Rp15.900 per dolar AS.

Berita Rekomendasi

"Indikator global penting yang sangat perlu di antisipasi adalah keputusan the Fed di pertemuan FOMC pada awal November 23. Jika tone dari stance the Fed masih cenderung hawkish maka tekanan pada rupiah dapat terus berlanjut," terang Josua.

Baca juga: Rupiah Ambles Nyaris Rp 16.000, Kadin Ingatkan Agar Timses Capres Tak Bikin Gaduh

Namun, jika cenderung dovish dan the Fed menyatakan ruang pemangkasan suku bunga terbuka tahun depan, Rupiah diprediksi akan mampu menguat ke kisaran Rp15.300-Rp15.600 pada akhir tahun 2023.

"Dampak dari pelemahan rupiah yang cukup signifikan cenderung akan mempengaruhi inflasi mengingat harga barang-barang impor cenderung akan meningkat," imbuh Josua.

Sektor-sektor diperkirakan akan terdampak dari adanya pelemahan rupiah yakni sektor yang mengandalkan bahan baku impor.

Baca juga: Rupiah Melemah Nyaris Tembus Rp 16.000, BI Beralasan karena Kerek Suku Bunga 6 Persen

Seperti Makanan dan Minuman, terutama yang banyak bahan baku impor seperti Gandum, Gula, dan Kedelai, lalu sektor Farmasi, Elektronik dan Barang Elektrikal, dan Tekstil," ucap Josua.

Pelemahan rupiah juga akan mendorong peningkatan harga dari produk manufaktur tersebut yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan inflasi (imported inflation).

Baca juga: Rupiah Melemah Senin Pagi, Nyaris Tembus Rp16.000 Per Dolar AS

Meskipun demikian, pelemahan nilai tukar dalam beberapa bulan terakhir ini diperkirakan belum akan mendorong imported inflation mengingat tren harga di level pedagang besar, tercermin dari IHPB yang menurun dan ekspektasi harga di level produsen (indeks harga produsen) belum akan mendorong peningkatan.

"Sehingga akan membatasi peningkatan imported inflation yang tercermin pada indeks harga konsumen," ucap Josua.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas