Facts Global Energy: Pemerintah dan Industri Perlu Antisipasi Ketidakpastian Pasar Minyak dan LNG
Permintaan minyak akan terus meningkat di masa datang dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada awal tahun 2030-an.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Founder & Chairman Facts Global Energy (FGE), Dr Fereidun Fesharaki berpendapat, permintaan minyak akan terus meningkat di masa datang dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada awal tahun 2030-an dan permintaan gas meningkat hingga pertengahan 2040-an
"Dalam jangka pendek, pasar minyak dan LNG menjadi lebih ketat setelah diberlakukan sanksi terhadap Rusia dan terjadi pemangkasan produksi minyak dari negara-negara OPEC," katanya di acara diskusi Menavigasi Ketidakpastian Yang Meningkat di Pasar Gas Global di Jakarta, Kamis (2/11/2023).
Dikatakannya, pemerintah dan pemain industri perlu memantau ketidakpastian yang meningkat di pasar minyak dunia dan di pasar LNG. Pemerintah dan industri juga diimbau mengelola kebijakan pengembangan dan pemanfaatan energi mereka dengan hati-hati.
Permintaan LNG yang meningkat terjadi di tengah kurangnya pasokan baru diperkirakan akan membuat pengetatan pada pasar dan menimbulkan harga tinggi hingga proyek LNG internasional baru mulai beroperasi antara tahun 2025-2028.
Dengan penambahan kapasitas produksi LNG sebanyak 200 juta ton per tahun, atau peningkatan sebesar 50 persen, maka harga LNG diperkirakan akan melemah pada tahun 2026.
Sementara pasokan baru dibutuhkan pada awal 2030-an setelah ketersediaan dipasar berkurang pada awal tahun 2030-an.
Dalam jangka panjang, harga LNG diperkirakan berkisar antara US$ 8 hingga US$ 9 per mmbtu yang dikirim ke Asia (dalam mata uang riil) dan dalam mencapai target yang ditetapkan maka proyek-proyek gas dan LNG baru perlu bersaing dengan harga tersebut.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Usai The Fed Pertahankan Suku Bunga
"Meskipun arah dunia bergerak menuju energi hijau, namun percepatan transisi masih menjadi pertanyaan. LNG dan gas akan terus memainkan peran sentral dalam transisi energi.
Pasokan LNG baru mulai tahun 2025 akan memberikan peluang bagi Indonesia dan pembeli lainnya dari Asia dan Eropa untuk mendapatkan manfaat dari LNG yang lebih terjangkau guna mendorong perkembangan ekonomi dan pertumbuhan," kata Dr. Fereidun Fesharaki.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Menguat di Tengah Berkecamuknya Konflik Hamas-Israel
Forum diskusi ini juga membahas tentang strategi potensial untuk memastikan keamanan energi dan keterjangkauan di Indonesia. Untuk memenuhi permintaan energi domestik yang meningkat, Indonesia akan mendapatkan sisi manfaat dari pendekatan realistis dalam memastikan pasokan LNG/gas dari berbagai sumber internasional dan dalam negeri.
Dalam hal ini negara harus mempertimbangkan insentif yang kompetitif untuk menarik investor yang akan membawa sumber daya energi domestik Indonesia ke pasar global.
Namun AS dan UE akan memberikan subsidi yang besar untuk energi bersih, dan Indonesia akan melihat terlebih dahulu teknologi apa yang akan muncul dan bagaimana menghitung penurunan biaya sebelum mengalokasikan sumber daya yang substansial.
Ketua IGS, Aris Mulya Azof mengatakan, mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, Indonesia harus mencapai pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 7 persen. Pembangunan seperti ini memerlukan peningkatan pasokan energi bersih yang terjangkau.
"Pemerintah dan sektor industri harus berkolaborasi untuk menciptakan keseimbangan strategis antara pasokan gas lokal dan internasional, sambil meningkatkan kapasitas energi terbarukan," katanya.