Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Siapkan Petani Garam Bertahan di Segala Cuaca, PHE WMO Kembangkan Inovasi Ini

PHE WMO mengembangkan inovasi Salt Centre Terintegrasi untuk mempersiapkan petani garam bertahan di tengah ketidakpastian cuaca.

Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Siapkan Petani Garam Bertahan di Segala Cuaca, PHE WMO Kembangkan Inovasi Ini
dok.
Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) mengembangkan inovasi Salt Centre Terintegrasi untuk mempersiapkan petani garam di Bangkalan, Madura, bertahan di tengah ketidakpastian cuaca. 

Banyusangka yang berada di kawasan pesisir juga mendapatkan banyak sampah kiriman dari arus laut, bahkan kondisi ini juga menyebabkan banjir di Desa Banyusangka.

Dengan inovasi ini dilakukan pengelolaan sampah yang bekerjasama dengan Rumah Daur Ulang (RDU) Kabupaten Bangkalan. Sampah yang telah dikumpulkan oleh kelompok selanjutnya ditukar dengan briket, yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses kristalisasi garam.

Baca juga: Lahan Terbatas dan Bergantung Cuaca, Produksi Garam Nasional Belum Optimal

Garam yang diproses dengan evaporasi dengan memanfaatkan briket ini juga memiliki hasil yang lebih putih dan halus. Inovasi ini juga mampu meningkatkan kapasitas produksi mencapai 50kg per hari.

Melalui program ini, pendapatan kelompok garam meningkat menjadi Rp 176 juta per tahun dan Rp 22 juta dari diversifikasi produk. Selain itu dari sisi lingkungan, 180 ton sampah terkelola setiap tahun.

Diversifikasi produk garam seperti pembuatan bumbu dendeng, sabun cuci, garam relaksasi, eco detergent, dendeng ikan, vanilla sea salt, permen karet, cabe garam, dan bumbu tabur bangkok melibatkan para wanita di desa.

Baca juga: Petani Garam Asal Kusamba Bali Didorong Jadi Eksportir

"Pertamina juga memberi pelatihan diversifikasi garam. Bagaimana caranya garam bisa jadi produk lain. BUMDes menyediakan modal untuk ibu-bu itu. Produk mereka dijual BUMDes kepada konsumen," Ketua Badan Usaha Milik Desa Ahmad Bukhori Muslim di Banyusangka.

"Nelayan Banyusangka tak lagi kesulitan mencari garam. Kami menjual garam itu Rp 75-80 ribu setiap 50 kilogram. Ternyata kami bisa memproduksi garam yang sama dengan petani," tambah Bukhori.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas