Capai Net Zero Emission di 2060, Krakatau Posco Kerja Sama dengan Kemenperin
Krakatau Poso melalui Poso Institute gandeng kemenperin dalam rangka melakukan studi kebijakan untuk pemanfaatan karbon bagi sektor industri.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Krakatau Poso melalui Poso Institute bekerja sama dengan Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian dalam rangka melakukan studi kebijakan untuk pemanfaatan karbon bagi sektor industri.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan Direktur Eco Friendly Future Materials POSRI, Oh Jung-Hoon dan Kepala BSKJI Kemenperin RI Andi Rizaldy, yang disaksikan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto dan pejabat lainnya.
Airlangga mengatakan pemerintah akan terus memberikan dukungan dan kemudahan bagi para pelaku industri besi dan baja yang menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Baca juga: SCG Dukung Target Indonesia Net Zero Emission 2060 Lewat Penerapan ESG dan Kolaborasi Lintas Sektor
“Kami mendorong penggunaan energi terbarukan agar dapat bersaing dalam pasar global yang mensyaratkan aspek pemenuhan emisi karbon rendah seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM)," tutur Airlangga dikutip Jumat (10/11/2023).
Presiden Direktur Krakatau Posco, Kim Kwang Moo mengatakan, hal ini akan mendukung program pemerintah Indonesia untuk merealisasikan Net Zero Emission di tahun 2060.
“Perusahaan industri baja seperti Krakatau Posco memiliki potensi besar untuk mengembangkan pemanfaatan karbon, namun masih diperlukan kebijakan yang mendukung infrastrukturnya," ungkap Kim Kwang Moo.
Selain itu, sebagai langkah nyata dalam merealisasikan Industri baja yang ramah lingkungan, perseroan diwaktu yang sama melakukan kerja sama dengan PT Krakatau Chandra Energi dalam aspek jual beli energi yang dihasilkan dari panel surya yang akan dibangun di atap pabrik Hot Rolling Plant dengan kapasitas 1.242 MWp.
Instalasi panel surya ini mampu menghasilkan listrik sebesar 1.6420 MWh per tahun yang menjadikan PLTS atap ini merupakan PLTS atap terbesar di Industri baja di Indonesia.
Kim Kwang Moo mengatakan, listrik tersebut digunakan untuk memasok seluruh kebutuhan listrik di gedung kantor Hot Rolling Plant. Hal ini akan mampu mereduksi emisi karbon sebesar 1.407,2 ton emisi CO2 per tahun.
Baca juga: Tekan Emisi Karbon, RSDH Teken Plakat Program Net Zero di Indonesia Sustainability Forum
“Penghematan yang didapat dari hal ini secara signifikan telah meningkatkan penghematan biaya dan sebanding dengan operasional 300 mobil di jalan atau setara dengan menanam pohon sekitar 23.450 pohon per tahun," papar Kim Kwang Moo.
Saat ini, Krakatau Posco sedang merencanakan proyek CCUS (Carbon Capture Utilization Storage) yang secara langsung menangkap karbon dioksida yang dihasilkan dari pabrik baja dan menyimpannya di ladang gas limbah di dekat Laut Jawa.
Dengan adanya kerja sama ini diharapkan dapat menjadi kebijakan yang tepat dan akan menciptakan lingkungan bisnis melalui penelitian bersama yang bersifat preemptif dengan pemerintah Indonesia sebelum proyek Carbon Capture Utilization Storage (CCUS) dipromosikan.