Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengusaha Minta Pertolongan Pemerintah Cuannya Merosot Imbas Seruan Boikot Produk Terafiliasi Israel

Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak pernah mengeluarkan daftar produk yang dilarang dibeli oleh umat muslim.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Pengusaha Minta Pertolongan Pemerintah Cuannya Merosot Imbas Seruan Boikot Produk Terafiliasi Israel
Kinetic
Pendapatan sektor ritel diperkirakan bisa tergerus lebih dari 50 persen, apabila seruan aksi boikot terhadap produk yang terafiliasi Israel berlangsung terus-menerus. 

TRIBUNNEWS.COM, - Kalangan pengusaha meminta pertolongan pemerintah untuk menyelamatkan roda bisnisnya akibat munculnya seruan boikot produk terafiliasi Israel.

Ajakan boikot tersebut, ternyata telah menggerus pendapatan suatu usaha sebesar 30 persen sampai 50 persen, dan jika berlangsung lama diperkirakan memunculkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Merek Global Indonesia (Apregindo), Handaka Santosa mengatakan, dampak seruan boikot ini ke sektror food and beverage (F&B) atau restoran telah menurunkan pendapatan hingga 30 persen.

"Ini sudah terasa sampai turun 30 persen penjualan. Hal ini sangat menekan pengusaha, dan pastinya juga karyawan," kata Handaka ditulis Sabtu (18/11/2023).

Baca juga: Viral Boikot Produk Pro Israel di Medsos! Cek Dulu Sebelum Membeli!

Menurutnya, tindakan boikot ke restoran ataupun produk yang beroperasi di Indonesia merupakan hal yang tidak tepat, karena selama ini tidak ada yang terafiliasi dengan Israel.

Bahkan, kata Handaka, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak pernah mengeluarkan daftar produk yang dilarang dibeli oleh umat muslim.

"Kami hanya beli lisensi saja, tapi semua bahan makanan, produksi, dan karyawannya semua Indonesia. Sehingga ini perlu dianalisa dan dikaji lagi ajakan boikot," paparnya.

Berita Rekomendasi

Oleh sebab itu, Handaka pun berharap pemerintah dapat menolong pengusaha yang terdampak dari aksi boikot produk Israel demi menyelamatkan tenaga kerja dalam negeri.

Selain itu, konsumsi domestik pun selama ini menjadi penyumbang terbesar dari perekonomian nasional, dan jika terganggu maka berdampak ke laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Pemerintah harus menyuarakan yang sebenarnya, kami semuanya dalam negeri, dari produk sampai tenaga kerja. Kalau ini berjalan panjang (aksi boikot), restoran yang biasa sewa di mall akan tutup karena penjualannya tidak bisa bayar sewa dan akhirnya karyawan terdampak," paparnya.

Hal yang sama juga disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) Uswati Leman Sudi.

Ia memperkirakan pendapatan sektor ritel bisa tergerus lebih dari 50 persen apabila seruan aksi boikot terhadap produk yang terafiliasi Israel berlangsung terus-menerus.

Saat ini, sambung Uswati, dampak seruan boikot produk yang terafiliasi dengan Israel terhadap jalannya industri ritel di Indonesia belum terasa.

"Kalau ini terjadi terus menerus, kalau kita bicara pareto dalam kategori yang sama, itu adalah 80 persen dari total bisnis, itu pareto. Kalau pengurangan, mulai biasanya isu ini dari yang kecil, kecil, berkembang, Mungkin bisa 50 persen lebih, bisa turun," katanya.

Tak Berikan Dukungan ke Israel

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas