Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuaan di Level 6 Persen

Keputusan pertahankan suku bunga acuan sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuaan di Level 6 Persen
dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 22 dan 23 November 2023 memutuskan, untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 6 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga sebesar 6 persen ini konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.

Perry juga bilang, keputusan itu sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor.

Baca juga: Pemerintah Antisipasi Penurunan Suku Bunga oleh The Fed Tahun Depan

Sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1 persen pada 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024.

"Suku bunga 6 persen ini tetap konsisten untuk forward looking dan pre-emtive memastikan inflasi tidak lebih 3,2, masih 2,5 persen +/-1 persen," kata Perry saat Konferensi Pers di Gedung Bank Indonesia, Kamis (25/11/2023).

Perry menyampaikan bahwa alasan mempertahankan suku bunga itu melihat prakiraan inflasi dua tahu kedepan dibandingkan dengan sasaran.

Berita Rekomendasi

"Sehingga waktu menentukan suku bunga sekarang tidak melihat inflasi sekarang. Tapi inflasi tahun depan seperti apa, inflasi tahun berikutnya seperti apa. Kenapa demikian dampak dari suku bunga terhadap inflasi memberikan waktu 4-6 kuartal," jelas Perry.

"Nah sehingga kalau kita lihat inflasi sekarang rendah, growth nya cukup baik, tapi kalau hanya mempertimbangkan inflasi dalam negeri saja," imbuhnya.

Selain itu, Perry juga menyoroti beberapa risiko besar yaitu kegiatan impor meliputi dari harga energi, harga pangan global dan besarnya deferensiasi nilai tukar rupiah.

"Waktu kami di DPR dengan perhitungan-perhitungan risiko harga minyak, harga pangan, deferensiasi nilai tukar. Kenapa itu 3,2 persen (inflasi) tahun depan itu. Sehingga itupun sebetulnya masih oke kebijakan suku bunga kita," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas