Hadapi Perubahan Iklim, Pengolahan Tempe Terapkan Konsep Keberlanjutan
Ketua Pembina Forum Tempe Indonesia (FTI), Prof Made Astawan, mengatakan pengolahan tempe perlu menerapkan sistem yang ramah lingkungan.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pembina Forum Tempe Indonesia (FTI), Prof Made Astawan, mengatakan pengolahan tempe perlu menerapkan sistem yang ramah lingkungan.
Khusus di Indonesia, Made mengatakan belum banyak yang mengetahui mengenai Eco-Labels atau sertifikasi produk ramah lingkungan.
Pengolahan yang ramah lingkungan, kata Made, akan mendukung konsep keberlanjutan.
"Memilih produk yang menyematkan eco-labels seperti Sustainable U.S. Soy serta eco-labels lainnya, adalah langkah paling mudah namun berdampak kuat yang dapat dilakukan konsumen," ujar Made.
Hal tersebut diungkapkan oleh Made pada diskusi dengan Tema Tempe & Sustainabiliy “From Farm to Plate”.
"Kesadaran Gen Z menjadi harapan besar kita semua bahwa kedepan produk-produk ramah lingkungan akan semakin mendapatkan prioritas," tambah Made.
Sementara itu, members of Biotechnology & Seeds – Croplife Indonesia yang mewakili Croplife Indonesia, Fadlilla Dewi Rachmawati, mengatakan rekayasa genetika benih tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim sangat dibutuhkan untu menjaga stabilitas pangan.
"Rekayasa benih pangan dengan bioteknologi, salah satu solusi bagi dunia pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global. Pengembangan benih tanaman bioteknologi telah melalui proses penelitian yang panjang dan tak mudah," ujar Fadlilla.
Country Director USSEC (U.S Soybean Export Council) Indonesia, Ibnu Wiyono, mengungkapkan pertanian di Amerika Serikat yang dengan sangat ketat menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan.
Hasilnya kedelai AS mendapatkan sertifikasi Sustainable US SOY (SUSS logo)’.
Pertanian kedelai yang menghasilkan emisi karbon paling rendah dibandingkan kedelai yang diproduksi oleh negara produsen utama lainnya seperti Brazil dan Argentina.
"Hingga 2025, pertanian kedelai Amerika menargetkan penurunan emisi rumah kaca sebesar 10 persen, mengurangi dampak penggunaan 10 %, meningkatkan efisiensi energi hingga 10% dan mengurangi erosi tanah hingga 25%. Jadi ini komitmen mereka dalam menjaga bumi kita agar terus lestari.” ujar Ibnu.
Baca juga: Polusi Udara Bahayakan Kesehatan Anak-anak, Pakar Gizi Sarankan Perbanyak Konsumsi Vitamin A
Seperti diketahui, sebuah jurnal berjudul ‘Eco-label, environmental concern, and green purchase behavior: a perspective of gen-z on eco-friendly cement’ menyebutkan beberapa hasil penelitian yang secara garis besar menunjukkan bahwa Generasi-Z lebih tertarik untuk mengikuti tren pembelian produk ramah lingkungan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia