Potensi Energi Biomassa Berbasis Limbah Perkebunan, Kehutanan dan Pertanian Buka Pasar Ekspor
Unit PLTBm di pulau Bangka yang berlokasi di kabupaten Bangka Selatan diharapkan mulai menghasilkan listrik pertengahan 2024.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyek energi biomassa memiliki potensi besar bagi Indonesia dengan limbah perkebunan, kehutanan, dan pertanian yang melimpah.
Energi biomasssa juga berpeluang membuka pasar ekspor baru.
PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) di bidang energi terbarukan telah memulai proyek pengembangan biomassa dan paling lambat beroperasi kuartal pertama 2024.
Baca juga: Kebutuhan Biomassa untuk Co-firing PLTU Batu Bara Milik PLN Jadi Tantangan Masa Depan
Komitmen ini sekaligus membantu pemerintah dalam memacu pengembangan energi bersih, khususnya yang berbasis biomassa.
Direktur Utama PT Maharasaksa Biru Energi Tbk Bobby Gafur Umar mengatakan pihaknya membangun dua pabrik berbasis biomassa dan pembangkit listrik tenaga biomassa di pulau Bangka, Sumatera bagian selatan.
Yang satu di Air Duren, Kabupaten Bangka, saat ini telah hampir selesai dibangun.
“Sudah lebih dari 70 persen, kami harapkan paling lambat akhir Januari 2024 sudah bisa mulai produksi,” kata Bobby dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) OASA di Jakarta, Jumat (1/12/2023).
Unit PLTBm di pulau Bangka yang berlokasi di kabupaten Bangka Selatan diharapkan mulai menghasilkan listrik pertengahan 2024.
Dijelaskan oleh Bobby, pengembangan energi bersih di pulau Bangka digarap selaras dengan pabrik biomassa berbasis limbah perkebunan, kehutanan dan pertanian.
“Pabrik ini terintegrasi dengan PLTBM atau pembangkit listrik tenaga biomassa berkapasitas 10 MW, mudah-mudahan mulai operasi sebelum pertengahan 2024 mendatang,” ujarnya.
Selanjutnya Perseroan akan segera melanjutkan pembangunan pabrik biomassa berbasis limbah pertanian di daerah Blora (Jawa Tengah) dan Banten.
Keduanya berkapasitas 5.000 ton per tahun untuk tahap pertama.
“Daerah Blora memiliki potensi limbah kehutanan dan limbah pertanian untuk produksi bio-energi,” kata Bobby.
Menurut dia, pabrik di Blora diharapkan akan menghasilkan biomassa yang nantinya akan dipasok sebagai bahan co-firing untuk PLTU Rembang, pertengahan 2024.
Pabrik ini dibangun dengan investasi Rp.50 miliar.
Selain itu, dengan potensi limbah kehutanan dan limbah pertanian yang berlimpah, pabrik bio-energi di daerah ini akan menghasilkan bio-LNG (bio liquid natural gas) yang rencananya akan diekspor ke Jepang.
“Pabrik ini akan mampu menghasilkan sedikitnya 5 MMCFD Bio-LNG per hari, dibangun dengan investasi sekitar 100 juta dolar AS,” katanya.
“Kami dalam proses kerjasama pengembangan dengan USTDA atau US Trade Development Agency,” ujar Bobby.
--