Wujudkan Cita-cita Net Zero Emission, Jokowi Kembali Tegaskan Butuh Duit 15.561 Triliun
Jokowi mengungkapkan butuh sokongan investasi lebih dari 1 triliun dolar AS atau Rp 15.561 triliun untuk mewujudkan target tersebut.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah pihak seperti mitra bilateral, investasi swasta, filantropi, dan negara sahabat untuk menjalin kolaborasi pendanaan dalam mewujudkan nol karbon emisi atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060 di Indonesia.
Jokowi mengungkapkan butuh sokongan investasi lebih dari 1 triliun dolar AS atau Rp 15.561 triliun untuk mewujudkan target tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Jokowi dalam Forum KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim (COP Ke-28) di Dubai Uni Emirat Arab.
Baca juga: Ini Pilihan Energi Hijau dan Reduksi Emisi Karbon untuk Dukung Transisi Energi Berkelanjutan
"Indonesia mengundang kolaborasi dari mitra bilateral investasi swasta dukungan filantropi dan dukungan negara-negara sahabat," kata Jokowi dalam keterangannya, dikutip Minggu (3/12/2023).
"Kami juga telah mempunyai platform pembiayaan inovatif yang kredibel, bursa karbon, mekanisme transisi energi sukuk dan obligasi hijau, pengelolaan dana lingkungan hidup dari Result-Based Payment, bank-bank pembangunan dunia, Multilateral Development Banks (MDBs) harus meningkatkan kapasitas pendanaan transisi energi dengan bunga rendah,
Posisi Indonesia untuk mengurangi perubahan iklim sudah jelas yakni membangun Indonesia yang resilient prosperous sustainable dan ekonomi inklusif.
Jokowi menyakini banyak negara-negara berkembang yang mempunyai posisi seperti Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang kolaboratif dan inklusif berupa aksi-aksi nyata untuk menghasilkan karya nyata.
Jokowi juga menjabarkan sejumlah upaya yang telah dilakukan Indonesia guna menurunkan emisi karbon. Kepala Negara menyampaikan komitmen Indonesia dalam memperbaiki pengelolaan forest and other land use (FOLU), serta mempercepat transisi energi menuju energi baru terbarukan.
"Dalam hal pengelolaan FOLU, Indonesia terus menjaga dan memperluas hutan mangrove serta merehabilitasi hutan dan lahan," katanya.
Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menurunkan angka deforestasi pada titik terendah dalam 20 tahun terakhir.
Baca juga: Tekan Emisi Karbon, PGN Dorong Pengembangan Smart City Berbasis Energi Bersih
Hal ini juga diikuti dengan pembangunan persemaian yang telah dilakukan dalam skala besar dan sudah mulai efektif untuk berproduksi.
"Pembangunan persemaian juga kita lakukan dalam skala besar dengan kapasitas total sekitar 75 juta bibit per tahun juga sudah mulai efektif berproduksi," lanjut Jokowi.
Sementara dalam hal transisi energi, Jokowi menuturkan bahwa upaya Indonesia untuk mempercepat pengembangan energi baru terbarukan.
"Pengembangan energi baru terbarukan terutama energi surya, air, angin, panas bumi, dan arus laut, serta pengembangan biodiesel, bioethanol, dan bioaftur juga makin luas," papar Jokowi.
"Saya baru saja meresmikan Cirata floating Solar Power PLTS terbesar di Asia Tenggara menghasilkan 192 MW hasil kerja sama Indonesia dengan Uni Emirat Arab," pungkasnya.