Sentra IKM Batik di Sragen Didorong Kurangi Zat Pewarna Sintetis
Guna menciptakan pasar bagi industri batik dan menumbuhkan pariwisata, Pemkab Sragen akan membuka Sentra IKM Batik
Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabupaten Sragen di Jawa tengah mendorong pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Batik. Saat ini, dua kecamatan di Sragen yakni Masaran dan Plupuh memiliki 139 IKM batik.
Guna menciptakan pasar bagi industri batik dan menumbuhkan pariwisata, Pemkab Sragen akan membuka Sentra IKM Batik pada 15 Desember mendatang. Sentra ini dibangun dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik sebesar Rp 15,5 miliar.
Baca juga: Indonesia-Korea Kerja Sama Lestarikan Budaya Lewat Batik dan Sutra Kota Jinju
"Dengan dibangunnya sentra IKM Batik pasti ujungnya adalah bagaimana batik-batik yang dihasilkan oleh perajin anggota dari sentra itu bisa dikenal dan kemudian memperluas pemasaran," tutur Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita saat membuka Pameran Batik Sragen Great Sale 2023 di Plaza Industri, Kemenperin, Jakarta, Senin (11/12/2023).
Dengan dibangunnya sentra IKM Batik ini, Kemenperin meminta agar pengelolaannya fokus memperhatikan lingkungan, diantaranya pengolahan limbah, penggunaan pewarna alam dan penciptaan motif baru yang merupakan khas Sragen.
"Sentra ini harus jadi sebagai pusat penyedia bahan baku, baik itu zat warna alam maupun dari kainnya. Mari kita mulai kurangi zat pewarna sintetis, zat warna kimia, kita ganti dengan zat warna alam," jelas Reni.
Baca juga: Naycilla Cinta Islamnadine Berkomitmen Perkenalkan Batik Hingga ke Luar Negeri
Ia menambahkan, untuk memiliki zat warna alam yang dibutuhkan bagi industri batik di sentra IKM Sragen akan memerlukan waktu.
Pengembangan dan formulasi yang harus tercatat rapih menjadi kunci zat warna alam bisa memenuhi kebutuhan industri batik.
"Formulasi pewarna alami ini harus tercatat. Penggunaan zat pewarna dari daun dan campuran kayu seringkali tidak tercatat, sehingga ketika ada yang memesan ada perbedaan. Ini harus mulai dikembangkan dan formulasi harus dicatat," ungkap Reni.
Baca juga: Pertamina SMEXPO 2023 Hadirkan Batik Sasambo Asal NTB
Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, nilai ekspor batik Indonesia mencapai angka 25,31 juta dolar AS atau sekitar Rp 392,74 miliar dengan volume mencapai 987,71 ribu kilogram.
Nilai ekspor ini naik 4,84 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2018 nilai ekspor mengalami penurunan mencapai 42,7 persen.