Industri Batu Bara Belum Redup Meski Penggunaan EBT Digenjot
Energi baru terbarukan (EBT) tengah digenjot dan diprioritaskan sebagai bahan baku energi yang ramah lingkungan dan rendah emisi.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Energi baru terbarukan (EBT) tengah digenjot dan diprioritaskan sebagai bahan baku energi yang ramah lingkungan dan rendah emisi.
Meski membidik target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, pemerintah tidak bisa serta merta langsung meninggalkan energi berbasis fosil seperti batu bara.
Plt. Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid mengatakan, untuk mencapai NZE, batu bara tetap diupayakan.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Bauran EBT 23 Persen pada 2025, Anies Baswedan: Sulit Tercapai
Hal ini agar selaras dan tidak bertabrakan dengan arah kebijakan NZE, mengingat sumber daya batubara Indonesia cukup melimpah.
"Sumber daya dan cadangan batu bara Indonesia saat ini masih cukup banyak dengan total sumber daya sebesar 98,5 miliar ton dan cadangan sebesar 33,8 miliar ton," ucap Wafid dalam pernyataannya, dikutip Jumat (15/12/2023).
Ia mengatakan ada asumsi yang keliru yang berpendapat bahwa industri batu bara akan mengalami 'sunset' atau redup, seiring dengan tumbuhnya EBT sebagai tumpuan dalam pemanfaatan energi.
Padahal, untuk mencapai NZE dan hilirisasi mineral dunia, batubara masih sangat dibutuhkan.
Hal itulah yang digali oleh Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP), sesuai dengan salah satu tugasnya, yaitu untuk menggali dan menyediakan data potensi batubara di Indonesia.
Lebih lanjut, selain untuk mendukung hilirisasi mineral, kini PSDMBP juga tengah menggali potensi lain batu bara dengan menginventarisasi batu bara metalurgi di Indonesia sehingga batu bara memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Baca juga: Peluang Investasi Migas Indonesia Masih Menjanjikan di Tengah Galaknya Program Transisi Menuju EBT
"Sebelumnya batubara Indonesia dijual sebagai batubara termal saja, padahal untuk beberapa jenis batubara tertentu memiliki karakteristik sebagai batubara metalurgi," papar Wafid.
"(Padahal) berguna dalam industri baja dan smelter pengolahan mineral, sehingga harga jualnya jauh lebih tinggi daripada batubara termal," pungkasnya.