Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Cerita Kepala Bapanas Saat Mencari Beras Impor Tambahan ke India

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menceritakan pengalaman dirinya di India.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Cerita Kepala Bapanas Saat Mencari Beras Impor Tambahan ke India
Tribunnews/Rina Ayu Panca Rini
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi 

"Kami ke India hari ini ingin melakukan penjajakan kembali. Kita ketahui bersama Pemerintah India masih menerapkan pembatasan perdagangan. Penguatan stok yang bersumber dari beras India akan terus kita proses," kata Arief, Selasa (19/12/2023).

Di samping itu, Arief mengatakan pihaknya juga mendorong pemenuhan ketersediaan daging kerbau sebanyak 150 ribu ton untuk kepentingan dalam negeri.

Dalam kunjungan ini, Arief bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk India, Ina Haginingtyas Khrisnamurthi.

Ina menyampaikan bahwa diperlukan adanya peningkatan investasi di Indonesia untuk mendorong pembangunan yang lebih baik.

Sebagai informasi, bukan hanya Arief yang menyambangi India untuk melakukan penjajakan kerja sama impor beras.

Direktur Utama Perum Bulog yang baru, Bayu Krisnamurthi, juga mengunjungi India untuk mencari peluang impor beras dari negara Asia Selatan tersebut.

Hal itu diungkapkan Manager Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomi Wijaya di Kantor Pusat perusahaan pelat merah urusan logistik tersebut, Jumat (15/12/2023).

Berita Rekomendasi

Tomi menjelaskan, Bulog saat ini tengah mendapatkan tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton.

Adapun dari total angka penugasan, Bulog sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton. Yakni berasal dari berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar dan Kamboja.

Sisanya yang sebesar 500 ribu ton akan diupayakan dari India.

"Sebenarnya India potensinya besar, cuma kan kemaren mereka menutup keran ekspornya. Makanya tidak impor dari India," ungkap Tomi.

Ia melanjutkan, Bulog tetap memiliki opsi lain jika India tidak mampu memenuhi kontrak impor 500 ribu ton. Adapun negara lain yang jadi opsi yakni Thailand dan Vietnam.


"Kalau India bisa (menyanggupi) sisa dari kontrak impor 500 ribu ton ini ya kenapa tidak? Walaupun Thailand dan Vietnam juga berpotensi," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas