Sri Mulyani Ingatkan Perbankan Agar Tidak Mengerem Penyaluran Kredit Baru Tahun Depan
Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta perbankan agar tidak mengekang penyaluran kredit baru di tahun 2024 agar tumbuh sesuai yang diharapkan.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kredit perbankan dan investasi di 2023 ini tumbuh cukup baik meskipun belum setinggi yang diharapkan.
Untuk itu dia meminta perbankan agar tidak mengekang penyaluran kredit baru di tahun 2024 agar tumbuh sesuai yang diharapkan.
Hal itu dia sampaikan dalam acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di St Regis Jakarta, Jumat (22/12/2023).
"Makanya tadi disampaikan jangan sampai di 2024 ada sedikit ngerem untuk kredit growth, ini akan jadi persoalan dari sisi investasi dari sisi kita, meski effort kita untuk menaikan FDI, melalui hilirisasi dan program-program reformasi di bidang business climate itu tetap kita jalani," kata Sri Mulyani.
Menkeu Sri Mulyani bilang, pemerintah tetap mensupport pertumbuhan kredit dan investasi melalui kebijakan dari sisi fiskal baik itu untuk pendidikan maupun Infrastruktur.
"Policy tetep dari fiskal kita akan support, baik masalah fundamental jangka panjang seperti pendidikan infrastruktur, maupun cyclical jangka pendek yaitu melakukan counter cyclical yang kita lakukan pada saat pandemi," jelas dia.
Baca juga: OJK: Oktober 2023, Kredit Perbankan Tumbuh 8,99 Persen
Namun sayangnya, Sri Mulyani enggan menjelaskan bentuk kebijakan fiskal apa yang nantinya akan dilakukan. Dia hanya menyinggung bahwa akan ada perubahan insentif yang bertujuan untuk memperkuat ekonomi Indonesia.
Baca juga: BI: Kredit Perbankan Melambat Jadi 8,9 Persen di September 2023
"Kan 2024 enggak sama persis dengan 2023. Jadi pasti ada perubahan beberapa insentif kita modifikasi, kita fokus cash transfer itu kelompok paling bawah. Kalau middle income akan support dari sisi konsumsi, investasi akan ada berbagai insentif untuk memperkuat fundamental ekonomi Indonesia," ungkapnya.