Bos Bulog Ungkap Biang Kerok Harga Beras Makin Mahal Jelang Akhir 2023
Mahalnya harga pupuk dan minyak bumi turut menjadi faktor pendorong naiknya harga beras.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan ada tiga faktor yang mendukung harga beras kian mahal bahkan hingga akhir tahun 2023 ini.
Padahal beras yang dikuasai Bulog hingga saat ini sebesar 1,6 juta ton.
Menurutnya, produksi beras yang masih menurun menjadi salah satu faktor pendorong harga beras naik bahkan belum stabil.
"Ya memang Bulog sudah berhasil menstabilkan, yang belum terus terang saja menurunkan karena ada tiga faktor besar yang membuat harganya mahal. Satu, produksi kita sedang turun sedang rendah," jelas Bayu kepada wartawan di Kompleks Pergudangan Beras Bulog, Klapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (30/12/2023).
Baca juga: Kaleidoskop 2023: Harga Beras Masih Mahal Meski Pemerintah Telah Putuskan Impor 3,5 Juta Ton
Faktor kedua, mahalnya harga pupuk dan minyak bumi turut menjadi faktor pendorong naiknya harga beras. Kemudian faktor terkahir yaitu perubahan kebijakan di beberapa negara sehingga berpengaruh pada pasar dunia.
"Jadi kalau saja produksi dalam negeri kita berdoa sama-sama mudahan nanti bagus, itu saya yakin harga akan mulai berkurang," ucap dia.
Meski begitu, Bayu mengatakan Bulog telah berhasil menekan gejolak harga beras melalui Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP).
"Tapi paling tidak yang dilakukan oleh Bulog sekarang menjaga gejolak dan kedua 22.400 juta KPM terpenuhi. Jadi masyarakat kita yang paling membutuhkan itu terpenuhi kebutuhan berasnya mereka tidak harus gelisah masuk ke pasar itu sangat membantu menjaga stabilitas," jelas dia.
Pada kesempatan yang sama Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, penyaluran bantuan pangan beras kepada 22.400 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menjadi penting untuk menekan gejolak harga beras.
"Intinya tadi bahwa kita jaga harga stabil tapi yang paling penting juga masyarakat yang 22,4 juta tadi kelompok masyarakat, yang rentan ini yang mendapatkan manfaat beras," kata dia.
"Ini bagian dari kita mengurangi tekanan di masyarakat kelas bawah sehingga mereka juga tidak perlu nanti tadi buru-buru beli beras di stok yang nanti malah menaikkan harga," imbuhnya.