Skema Alokasi Subsidi Jadi Kunci Ketersediaan Pupuk Petani
Pemerintahan baru yang akan terbentuk pada 2024 mendatang harus memberi solusi atas permasalahan distribusi pupuk.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Alokasi subsidi pupuk 2024 yang meningkat sebesar Rp 14 triliun merupakan momentum yang dapat dimanfaatkan berbagai pemangku kepentingan industri untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Akbar juga menekankan bahwa sinkronisasi kebijakan pupuk pro-petani kecil yang tidak memberatkan keuangan negara maupun daerah merupakan hal yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu perlunya, partisipasi aktif semua pemangku terlibat dalam meningkatkan
ketahanan pangan.
Hasil kajian ini diharapkan akan menjadi masukan yang solutif dan implementatif bagi pemerintahan baru yang akan terpilih pada 2024 untuk meningkatkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan yang menjadi asas pangan nasional sesuai amanat UU Pangan No. 18 tahun 2012.
Sementara Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jatim, Sumrambah mengusulkan peningkatan martabat para petani dengan tetap memelihara lingkungan.
Caranya, ujar Wakil Bupati Jombang tersebut, dengan mencabut subsidi pupuk bagi petani. Alasanya, pupuk kimia justru merusak unsur hara dalam tanah. Selain itu, masalah pupuk dari dulu tidak bisa diselesaikan dengan subsidi.
''Kami sudah sering diskusi soal pupuk, sehingga kami bersepakat agar pemerintah mencabut saja subsidi pupuk. Petani tidak butuh dikasihani, justru mereka harus diyakinkan memiliki nilai lebih,'' katanya.
Sumrambah mengatakan, subsidi pupuk lebih cenderung ke persoalan gimik politik. Sebab, petani tidak pernah terlindungi secara utuh.
''Kebijakan tidak pernah konsisten, sesuai angin berhembus kemana dan lagi terlalu bikrokratif bagi petani untuk menebus pupuk. Subsidi dicabut saja, biarkan harga gabah naik, mekanisme pasar dan petani nanti yang berjalan,'' katanya.
Dia berharap, subsidi bisa dialihkan ke penyiapan sarana dan prasarana atau infrastuktur penunjang pertanian lebih ditingkatkan. Hal sama dikatakan Bupati Ngawi, H. Ony Anwar Harsono.
Menurutnya, masalah pupuk sudah terlalu lama carut marut. Ony yang didapuk menjadi salah satu pemateri pada FGD tersebut mengatakan, usulan pencabutan subsidi pupuk menjadi puncak masalah yang dihadapi karena terlalu banyak yang perlu diperbaiki dan tidak selesai-selesai.
"Tentu tidak serta merta langsung dicabut, ini menjadi gambaran betapa banyak sekali masalah yang dari dulu tidak selesai-selesai dan salah satu solusi dengan memperbaiki sarana penunjang pertanian,'' kata bupati yang banyak memiliki program pertanian di daerahnya tersebut.