Indonesia Masuk Urutan Kedua Pengguna Geothermal di Dunia
Harris Yahya, mengungkapkan Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi dalam penggunaan energi baru terbarukan (EBT) panas bumi.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, Harris Yahya, mengungkapkan Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi dalam penggunaan energi baru terbarukan (EBT) panas bumi.
Dirinya mengatakan masih ada tantangan dalam mengelola panas bumi, yakni tingginya risiko eksplorasi, kelayakan keekonomian PLTP yang variatif, dan keterbatasan akses pendanaan bagi pengembang.
"Pengembangan EBT panas bumi sejalan dengan komitmen pengurangan emisi dan green energy, Indonesia masuk urutan ke 2 pengguna geothermal di dunia, potensi panas bumi mencapai 23.060,4 MW," ujar Harris.
Hal tersebut diungkapkan oleh Harris pada Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Potensi Pengembangan Panas Bumi di Unsada, Jakarta.
"Namun kita belum bisa menyaingi US karena belum optimal mengelola potensi panas bumi, padahal proyek panas bumi dapat memberikan untuk bagi daerah penghasil panas bumi," tambah Harris.
Menurut Harris, panas bumi dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi daerah, memberikan bonus produksi dan dana bagi hasil untuk pemda, dan PNBP, jika Indonesia bisa mengelola tantangan yang ada.
"Geothermal mempunyai masa eksplorasi di 7 tahun pertama, hal ini sudah termasuk perizinan ke pemerintah dan masyarakat namun ada perusahaan yang masih sulit mendapatkan izin padahal hal tersebut juga akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi daerah tersebut," tutur Haris.
Haris menambahkan bahwa Proyek PLTP sejalan dengan target pengembangan jangka panjang dalam mencapai Net Zero Emission.
PLTP dapat menyediakan listrik yang amdal dan berkelanjutan dengan faktor kapasitas 90-95 persen, kemudian panas bumi bersifat terbarukan dapat beroperasi berkelanjutan dengan menjaga kesetimbangan reservoir.
"Sekarang ini waktu yang paling tepat untuk mengembangkan energi panas bumi untuk Indonesia, karena jika kita masih menunggu tahun-tahun berikutnya lagi harga yang relatif akan semakin berubah, teknologi yang semakin maju, dan tantangan zaman yang meningkat," ungkap Haris.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penambahan kapasitas pembangkit EBT sampai dengan 2023 sebesar 3.322 MW dengan kenaikan rata-rata sekitar 6% per tahun.
Saat ini Indonesia masih dalam 13% pemanfaatan EBT sedangkan target yang ditetapkan adalah 23% pada tahun 2025 mendatang, maka dari itu dibutuhkan upaya bersama untuk melakukan perubahaan.
Sementara itu, Rektor Universitas Darma Persada, Agus Salim Dasuki, menilai riset dalam penggunaan panas bumi harus dilakukan oleh perguruan tinggi.
"Perlu adanya riset dan inovasi dalam menjalankan transisi energi maka dari itu kami sebagai akademisi dan pakar-pakar mewadahi forum berdiskusi mengenai energi panas bumi di Indonesia,” tutur Agus.
Seperti diketahui, Sekolah Pascasarjana Energi Terbarukan Universitas Darma Persada menggelar Focus Group Discussion (FGD) bagi para pemangku kepentingan untuk bertukar pikiran mengenai potensi energi panas bumi di tanah air.
Baca juga: Saling Sindir Cawapres di Forum Debat, Ungkit Food Estate, Energi Hijau, Lahan 500 Ribu Hektare