Pengamat Energi UGM: Penerapan Teknologi Co-Firing dari PLN Terbukti Tekan Emisi Karbon
Pengamat ekonomi dari UGM, Fahmy Radhi menyebut penerapan teknologi co-firing yang dilakukan PLN cukup signifikan untuk menekan emisi karbon.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebut penerapan teknologi co-firing yang dilakukan PLN cukup signifikan dalam menekan emisi karbon yang ditimbulkan.
Atas penerapan ini, PLN mampu mereduksi emisi hingga 1,05 Juta ton CO2e dan memproduksi energi bersih sebesar 1,04 terawatt hour (TWh) sepanjang 2023.
Teknologi co-firing sendiri merupakan pemanfaatan bahan biomassa sebagai subtitusi batubara untuk rasio tertentu pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Di era transisi energi, inovasi yang telah dilakukan oleh PLN dalam pemanfaatan co-firing cukup signifikan dalam menekan emisi. Hal itu membuktikan bahwa PLN telah mampu bertransformasi sebagai penyedia energi yang lebih ramah lingkungan," kata Fahmy kepada awak media, Rabu (24/1/2024).
Ia menerangkan berdasarkan data tahun 2023, penggunaan co-firing meningkat jika dibandingkan realisasi di tahun 2022.
Dalam produksi reduksi emisi misalnya, PLN mampu menambah pengurangan emisi hingga 450 ribu ton CO2.
Produksi energi bersih pun tumbuh hingga lebih dari 77 persen dari realisasi 2022 sebesar 575 gigawatt hour (GWh).
Teknologi co-firing merupakan terobosan dalam transisi energi di tanah air.
Lewat teknologi ini, banyak manfaat yang didapatkan, mulai dari pengurangan emisi, juga mengurangi penggunaan energi fosil.
Fahmy menyatakan penerapan co-firing tak hanya menghasilkan listrik andal, tapi tetap murah bagi masyarakat.
Baca juga: Mau Tahu Perkiraan Tagihan Listrik di Rumah? Simak, PLN Ungkap Caranya
Selain itu co-firing juga mampu mendorong perekonomian lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa.
"Kini substitusi batu bara dengan biomassa tak hanya mampu mengurangi emisi karbon, namun juga menggerakkan ekonomi kerakyatan," kata Fahmy.
Adapun secara data tahun 2023, PLN mencatat penyerapan 1 juta ton biomassa untuk 43 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia.
Angka ini meningkat 71 persen dibandingkan tahun 2022.
PLN pun diharapkan dapat terus meningkatkan ekonomi melalui rantai pasok biomassa yang melibatkan langsung masyarakat.
Ekosistem biomassa juga diharapkan bisa terus dikembangkan dengan menggandeng komunitas lokal, koperasi, UMKM, hingga pemerintah daerah setempat.
"Saya berharap, PLN terus melakukan uji coba teknologi co-firing hingga tahun 2025 agar 52 PLTU di Indonesia dapat menggunakan co-firing secara penuh," pungkas dia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia