Microsoft Gaming Pecat 1.900 Staf, H&M Tutup 28 Toko karena Bisnis Merosot Drastis
CEO Microsoft Gaming, Phil Spencer mengumumkan rencana perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan karyawan dari divisi game.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Kondisi ekonomi pasar global yang terus memanas memaksa sejumlah perusahaan besar untuk berlomba melakukan pemangkasan tenaga kerja atau PHK dengan alasan menekan biaya produksi. Seperti Microsoft yang baru – baru mengumumkan rencana PHK pada 1.900 stafnya.
Dalam laman resminya, CEO Microsoft Gaming, Phil Spencer mengumumkan rencana perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan karyawan dari divisi game Xbox Game Studios, Activision Blizzard serta ZeniMax.
“Seiring dengan kemajuan kami di tahun 2024, pimpinan Microsoft Gaming dan Activision Blizzard berkomitmen untuk menyelaraskan strategi dan rencana eksekusi dengan struktur biaya berkelanjutan demi mendukung keseluruhan pertumbuhan bisnis kami," kata Spencer kepada karyawannya dalam memo yang diperoleh The Verge.
“Microsoft berterimakasih atas semua kreativitas, semangat, dan dedikasi yang telah diberikan. Namun perusahaan harus membuat keputusan yang menyakitkan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja game sekitar 1.900 peran dari 22 ribu orang di tim,” imbuhnya.
PHK ini dilakukan Microsoft Gaming sebagai upaya agar perusahaan rintisan Bill Gates tersebut dapat merestrukturisasi bisnis dan perusahaan game yang mereka naungi, dengan begitu keuangan perusahaan bisa berjalan lebih sehat di masa depan.
Sebelumnya, Microsoft selama tahun 2023 kemarin sempat melakukan PHK dalam jumlah besar-besaran dengan memangkas sekitar 10.000 karyawan.
Ribuan karyawan sempat mengalami penundaan kenaikan gaji imbas bisnis perusahaan yang anjlok akibat adanya perlambatan permintaan perangkat lunak khususnya cloud-computing Microsoft di pasar global.
Baca juga: Surat Kabar LA Times PHK 115 Karyawan, Pengumuman Disampaikan Melalui Zoom
"Tahun ini kondisi ekonomi sangat berbeda di banyak dimensi, termasuk permintaan pelanggan, pasar tenaga kerja, dan investasi yang diperlukan untuk siklus inovasi berikutnya," jelas CEO Microsoft Satya Nadella.
Industri Ritel H&M Ikut PHK Massal
Tak hanya industri teknologi saja yang mengalami kontraksi, sektor bisnis ritel juga turut mengalami perlambatan ekonomi. H&M misalnya yang baru – baru ini menggelar PHK massal dengan memangkas 588 pekerja pasca 28 toko di Spanyol bangkrut dan gulung tikar.
Serikat pekerja mengatakan, PHK yang dilakukan H&M dengan alasan ekonomi perusahaan saat ini sedang tak menentu akibat krisis dan inflasi.
Baca juga: Pajak Hiburan Naik, Inul Ancang-ancang Tutup Usaha Karaoke Kalau Pemasukan di Bawah Target
Serikat Pekerja menambahkan H&M di Spanyol juga tengah menghadapi masalah ketidakhadiran, lantaran para pekerja mengeluhkan beban kerja yang berlebihan di tengah pemangkasan gaji.
Kendati PHK massal ini dapat memicu lonjakan pengangguran di Spanyol, H&M beralasan langkah tersebut diambil sejalan dengan toko fashion besar lainnya di seluruh dunia yang belakangan telah menutup toko-toko cabangnya.
Rencananya usai memecat 558 karyawan dan menutup 28 toko ritel, H&M akan fokus mengelola 105 toko cabang di Spanyol