Pengamat Energi: Kebijakan Uji Emisi Saja Tidak Akan Cukup Atasi Kualitas Udara
Sektor transportasi berkontribusi sebesar 44 persen atas penggunaan bahan bakar di Jakarta.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Energi Muhammad Badaruddin mengatakan pemerintah seharusnya menyoroti aspek kualitas bahan bakar minyak (BBM) kendaraan karena kontributor emisi terbesar saat ini adalah sektor transportasi.
Data valid dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, sektor transportasi berkontribusi sebesar 44 persen atas penggunaan bahan bakar di Jakarta.
Itu terdiri dari 17 juta sepeda motor, 4,2 juta mobil penumpang, 856 ribu truk, dan 344 ribu bus.
Diikuti industri energi 31 persen, lalu manufaktur industri 10 persen, sektor perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen.
"Ini menjadi bukti bahwa kebijakan uji emisi saja tidak akan menjadi solusi. Sebab, masalahnya bukan hanya pada persoalan mesin kendaraan yang kotor, namun juga disebabkan kualitas BBM yang tidak memenuhi standar Euro 4 yang telah ditetapkan oleh pemerintah," tutur pria yang karib disapa Badar ini di Jakarta, Sabtu (16/3/2024).
BBM jenis bensin yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah Pertalite dan Pertamax.
Badar bilang dua jenis bensin tersebut belum memenuhi standar bahan bakar untuk jenis mesin Euro 4, yang mampu mengeluarkan emisi yang lebih bersih dibandingkan dengan BBM lainnya.
Padahal, KLHK telah mengatur BBM harus berstandar emisi Euro 4, yang berlaku bagi kendaraan roda empat berbahan bakar bensin sejak Oktober 2020.
Baca juga: Banyak Tuai Protes, Polisi Kembali Tiadakan Tilang Uji Emisi untuk Kendaraan di Jakarta
Industri otomotif dalam negeri juga sudah memproduksi mobil yang memenuhi standar Euro 4.
"Namun ironisnya, bagian besar bahan bakar yang digunakan di Indonesia, baik itu bensin maupun solar masih belum memenuhi standar emisi Euro 4. Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara paling tertinggal di Asia Tenggara, dalam komitmen peralihan penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan," ujar Badar.
Badar mengungkapkan, berdasarkan data KPBB, saat ini Indonesia menjadi negara terakhir di Asia Tenggara yang belum mengadopsi standar Euro 4. Negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, Malaysia sudah mengadopsinya.
Baca juga: Hasil Survei Populix: Mayoritas Warga Jabodetabek Siap Terapkan Uji Emisi
Bahkan Singapura sudah mengadopsi standar Euro 6.
BBM standar Euro 4 ini kerap dikatakan jika kandungan sulfur dalam bahan bakar tidak melebihi 50 parts per million (ppm).
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia