Militer Israel Tangkap Adik Perempuan Pentolan Hamas Usai Dituduh Jadi Dalang Terorisme
Penangkapan tersebut dilakukan militer Israel sebagai bagian dari operasi "Early Dawn" yang merupakan kerja sama dengan badan intelijen lokal Shin Bet
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Pasukan militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menangkap Sabah Abdel Salem Haniyeh adik perempuan dari bos Hamas, Ismail Haniyeh, pada Senin (1/4/2024).
Adapun penangkapan tersebut dilakukan militer Israel sebagai bagian dari operasi "Early Dawn" yang merupakan kerja sama dengan badan intelijen lokal Shin Bet.
Seorang juru bicara polisi Israel menuturkan penangkapan adik perempuan Haniyeh terjadi lantaran Perempuan berusia 57 tahun itu dicurigai melakukan kontak dengan agen Hamas.
Ia juga dituduh menghasut dan mendukung tindakan terorisme yang terjadi di Israel.
Baca juga: Hari ke-178 Perang Israel-Hamas: Kondisi Netanyahu Pascaoperasi Hernia, Sehat?
Tak lama dari itu, kepolisian Israel langsung menggelar penggeledahan di rumah Sabah. Dari hasil penggeledahan polisi menemukan "dokumen, media, telepon, temuan-temuan lain dan bukti yang menghubungkan dia dengan tindakan pelanggaran keamanan serius terhadap Negara Israel.
Pasca ditangkap, Al Arabiya melaporkan kondisi Sabah saat ini tengah ditahan di kota Tel Sheva untuk mengikuti sejumlah penyelidikan dari badan keamanan Israel, Shin Bet. Setelah itu Sabah rencananya akan disidang di Pengadilan Magistrat Beershebah.
Hingga isu penangkapan ini mencuat juru bicara Hamas maupun Ismail Haniyeh belum memberikan komentar apapun terkait penangkapan Zebah.
Penangkapan ini berlangsung kala Israel makin agresif menggempur Jalur Gaza Palestina hingga total korban tewas mencapai lebih dari 32.000 jiwa dan 75.300 lainnya dilaporkan terluka parah.
Tak hanya itu, serangan militer Israel terhadap warga sipil Gaza membuat 2,3 juta penduduk hidup dalam keterbatasan di tenda-tenda pengungsian. Situasi makin memprihatinkan pasca militer Israel terus membombardir Jalur Gaza serta menangguhkan akses truk – truk bantuan kemanusian yang akan memasuki wilayah perbatasan.
Imbasnya penduduk yang mengungsi harus menghadapi krisis kemanusiaan, termasuk anak-anak di Gaza yang kini mengalami stunting dan malnutrisi akut, akibat stok bahan pangan tak bisa masuk ke wilayah pengungsian.
“Satu dari tiga anak di bawah usia 2 tahun di Gaza utara sekarang mengalami kekurangan gizi akut dan kelaparan akan segera terjadi,” kata badan utama PBB yang beroperasi di wilayah kantong Palestina.
Senada dengan PBB, sejumlah rumah sakit di Gaza juga mengatakan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekurangan gizi akut dan dua dari setiap 10.000 anak di Gaza meninggal setiap hari karena kelaparan atau kekurangan gizi.
“Saya pernah berada di bangsal anak-anak yang menderita anemia gizi buruk yang parah, seluruh bangsal benar-benar sepi. Karena anak-anak, bayi bahkan tidak punya tenaga untuk menangis,” jelas Russell.