Bos Bulog Beber Penyebab Harga Beras Masih Tinggi Padahal Harga Gabah Sudah Turun
Para pedagang beras kini bisa memperkirakan apakah panenan padi musim mendatang akan bagus atau tidak.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan mengapa harga beras masih tinggi meski harga gabah telah turun.
Menurut Bayu, hal itu karena pedagang sekarang memiliki pengetahuan yang makin terbuka. Para pedagang beras kini bisa memperkirakan apakah panenan padi musim mendatang akan bagus atau tidak.
"Mungkin semua pedagang juga memiliki pengetahuan yang semakin terbuka. Dia bisa melihat proyeksi ke depan kira-kira seperti apa, itu saya kira satu faktor ya," katanya ketika ditemui usai meninjau penyaluran bantuan pangan beras tahap dua di Kantor Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).
"Kalau kita sekarang, misalnya, bisa memperkirakan bahwa pada musim yang akan datang mungkin panen tidak sebaik yang diharapkan atau berisiko tidak sebaik yang diharapkan, berarti pedagang juga tahu," lanjutnya.
Faktor berikutnya adalah ketegangan geopolitik yang berimbas pada kurs. Bayu menilai, ini membuat harga internasional beras masih akan berfluktuasi. Pedagang disebut juga memahami hal ini.
Oleh karena itu, ke depannya dalam rangka menstabilkan harga pangan, utamanya beras, Bayu ingin Bulog juga bisa melakukan intervensi selain lewat penyaluran bantuan pangan.
Upaya yang diambil itu adalah dengan memberdayakan lagi program Rumah Pangan Kita (RPK).
"Jumlahnya (RPK) sudah puluhan ribu sebenarnya. Nah, ini akan kami jadikan sebagai outlet, sehingga pemerintah juga punya instrumen untuk melakukan intervensi di ritel," tutur Bayu.
"Jadi kami amankan harga petani, jangan sampai mereka menjadi merugi. Pada saat yang sama, kami punya intervensi yang non bantuan pangan," sambungnya.
Ia menjelaskan, program bantuan pangan itu diperuntukkan bagi kelompok masyarakat yang relatif berpendapatan rendah. Ini masuk ke kategori jaring pengaman pangan.
Sementara itu, bagi masyarakat yang kelasnya berada di atas itu seperti masyarakat menengah ke bawah, akan diintervensi melalui ritel. Caranya adalah dengan memberdayakan RPK tersebut.
"Untuk masyarakat yang di atasnya, yang kelas menengah bawah misalnya, kami harus intervensi di ritel. Nah, Bulog sedang menyusun programnya untuk bisa lebih memberdayakan lagi Rumah Pangan Kita itu. Sehingga, kami punya kemampuan mengintervensi ritel dengan lebih baik," pungkas Bayu.